BAB
I
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
KESUSASTRAAN
1.
J. S. Badudu (1984:5) mengemukakan defenisi
sastra atau kesusastraan sebagai berikut : Diuraikan secara ilmu tata bentuk
kata (morfologis) kata kesusastraan
dari kata dasar susastra yang diberi
imbuhan ke-an. Kata-kata dasar kesusastraan sebenarnya kata dasar kedua
(secundairestam) karena dapat diuraikan atas su dan sastra, kedua duanya
berasal dari bahasa Sangsakerta : su
berarti baik, sastra berarti tulisan.
Kata susastra sendiri dalam bahasa Indonesia tak hidup pemakaiannya kecuali
dalam kata bentukan kesusastraan.
Untuk pengertian susastra, dewasa ini
dipakai kata sastra saja sedangkan kesusastraan
mengandung pengertian jamak yaitu semua yang meliputi sastra. Kesusastraan
Indonesia artinya semua hal yang meliputi sastra Indonesia.
2. Usman Efendi (dalam J.S. Badudu, 1984:5)
mengemukakan defenisi sastra atau kesusastraan sebagai berikut : “kesusastraan (sastra) ialah ciptaan
manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa
bagus”. Jadi karangan yang bersifat buku pelajaran atau bersifat laporan,
tidaklah termasuk ke dalam kesusastraan karena itu tidak menimbulkan rasa bagus
atau rasa indah.
3.
Drs. Abdullah Ambri (1974:7) mendefinisikan sastra atau kesusastraan sebagai berikut : Perkataan itu berasal dari bahasa
sansakerta susatra. Su berarti baik
atau bagus, sastra berarti buku,
tulisan atau huruf. Jadi kesusastraan
itu berarti himpunan buku-buku yang mempunyai bahasa yang indah serta isi yang
paik pula.
4.
Dra. Nyonya B. Simorangkir Simanjuntak (dalam J.
S. Badudu 1984:5) dalam buku Kesusastraannya
jilid I membagi kesusastraan atas 2
bagian :
a.
Kesusastraan khusus
b.
Kesusastraan umum
Yang
dimaksud dengan Kesusastraan khusus adalah apa yang dinyatakan oleh Usman
Efendi dengan defenisi sastranya tadi, sedangkan Kesusastraan umum ialah semua
yang dinyatakan dengan bahasa: uraian ilmu, warta, piagam, undang-undang dan
sebagainya.
5.
DR. Yus Rusyana (1982:4) mengemukakan bahwa sastra itu adalah karangan rekaan hasil
ciptaan seseorang sebagai ungkapan penghayatan kedalam wujud bahasa.
6.
Charles R. L. (1959:258) mengemukakan pengertian
sastra berdasarkan Etimologi :
Kata
sastra berasal dari kata sansakerta “Castra”
yang mempunyai arti meliputi :
1.
Pengajaran, seruan, petunjuk
2.
Peraturan, teori, suatu karya ilmiah, ilmu
pengetahuan. Akar kata Cas.
7.
Webster A.R.M (1957:272) mengemukakan pengertian
sastra sebagai berikut :
1.
Karya tulis yang indah
2.
Penyusunan semua karya tulis dari suatu bagnsa
yang disusun menurut waktu dan topiknya.
3.
Pekerjaan tulis menulis pada umumnya
4.
Barang-barang cetakan teristimewa mengenai
pamplet-pamplet, virtensi, dll.
8.
Drs. V. S. Kiliroong, mendefinisikan sastra atau Kesusastraan ialah hasil ciptaan manusia yang menimbulkan rasa elok
dan dapat menggugah hati pencipta, pendengar, pembaca serta pemakai hasil
ciptaan tersebut.
9.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Susastra, Kesusastraan artinya :
1.
Seni menciptakan suatu karya tulis yang indah
bahasanya (misalnya karangan-mengarang, roman dan sebagainya).
2.
Karangan yang berupa karya sastra seperti novel,
puisi
3.
Pengetahuan kesenian tentang segala hal yang
bertentangan dengan seni sastra.
4.
Buku-buku yang termasuk di lingkungan seni
sastra
10. Susastra dan Kesusastraan menurut Kamus W. J.S.
Poerwadarminta :
1.
Kesenian menciptakan sesuatu yang indah dengan
bahasa (seperti karang-mengarang roman dan sebagainya)
2.
Karangan-karangan hasil seni sastra seperti
sajak, roman, syair dan sebagainya
3.
Pengetahuan mengenai segala sesuatu yang
bertalian dengan seni sastra
4.
Kepustakaan buku-buku yang termasuk dalam
lingkungan seni sastra
B.
PANDANGAN
UMUM TENTANG SASTRA KEDANG
Sejak manusia itu dilahirkan telah memiliki
seni. Seni itu berkembang seiring perkembangan manusia itu sendiri. Seni
merupakan kebutuhan hidup manusia. Seni itu bermacam-macam antara lain seni
suara, seni musik, seni tari, seni lukis, seni pahat, seni sastra dan seni
budaya.
Sejak dahulu kala orang-orang Kedang telah
memiliki seni tari dan seni sastra. Seni tari misalnya tari atau bahasa
Kedangnya hamang seperti hamang sudu, hamang sole, hamang tetindai,
hamang elelele lei moleng, dan lain-lain. Sedangkan sastra misalnya prosa
dan puisi. Prosa seperti cerita-cerita kuno yang berhubungan dengan kepercayaan
cerita-cerita dan dongeng binatang (fabel), dongeng-dongeng yang berisi
pendidikan (didaktik) dan dongeng-dongeng pelipur lara.
Selain prosa orang-orang Kedang juga memiliki
puisi yaitu puisi lama seperti mantra, pantun dan kata-kata arif. Sedangkan
puisi baru dan modern kurang begitu populer di kalangan masyarakat Kedang.
Orang-orang Kedang memiliki bahasa sendiri yaitu
bahasa Kedang. Bahasa Kedang ini digunakan oleh orang Kedang untuk
berkomunikasi atau untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain.
Bahasa Kedang sangat berperan dalam
mengembangkan sastra Kedang. Melalui bahasa Kedang nenek moyang orang Kedang
dapat menuturkan cerita-cerita rakyat Kedang secara lisan kepada generasi
penerusnya.
Begitu juga halnya dengan puisi. Bahasa Kedang
selalu digunakan oleh orang-orang Kedang untuk melahirkan isi hati mereka
melalui pantun dan kata-kata arif. Sedangkan mantra biasanya diucapkan oleh
seorang pawang dengan menggunakan bahasa Kedang. Dengan demikian bahasa Kedang
sangat berperan dalam pengembangan sastra Kedang.
Ketika ada pesta misalnya a weru, a utan dan
lain-lain, biasanya dilaksanakan/diadakan tarian seperti hamang sudu’, sole',
tetindai, elelele lei moleng dan dolo
dolo. Pada saat itu para penari melantunkan pantun berbalas-balasan.
Pantun-pantun yang dilantunkan itu isinya tentang orang muda, orang tua,
kasihan, teka- teki, dagang, dan lain-lain.
Kata-kata arif pun turut memperkaya sastra
Kedang (puisi). Kata-kata arif ini biasanya diucapkan oleh orang-orang tua atau
yang dituakan pada saat sidang adat berlangsung, teristimewa pada saat waktu
urusan adat perkawinan.
Dalam sastra Kedang, terutama puisi lama yaitu
mantra dan kata-kata arif, kalimat-kalimat yang disampaikan itu sangat sulit
dimengerti oleh pendengar, karna kata-kata atau kalimat-kalimat yang
disampaikan itu penuh dengan perumpaman dan kiasan. Kata- kata perumpamaan dan
kiasan pun digunakan pada pantun baik pantun teka-teki, pantun orang tua,
pantun dagang, dan pantun kasihan.
Yang akan ditelaah oleh penulis dalam buku ini
adalah puisi lama yaitu mantra dan pantun Kedang. Pantun Kedang berdasarkan
isinya terdiri atas pantun muda, pantun teka-teki, dan pantun tua.
BAB II
GAMBARAN SINGKAT SASTRA KEDANG
A.
PROSA
KEDANG
Orang-orang Kedang telah lama mendiami tanah
Kedang (Tanah Gunung UyeLewun-Lembata-NTT). Nenek moyang orang Kedang memiliki
kepercyaan kuno yang bersumber pada animisme, dinamisme dan totenisme.
Berdasarkan kepercayaan kuno di atas maka
lahirlah sastra Kedang seperti prosa dan puisi, sedangkan drama tidak ada.
Prosa adalah karangan bebas, artinya tidak terikat pada bait, sampiran, rima
dan ritme. Prosa di bagi atas 2 yaitu prosa lama dan prosa baru
Dalam sastra Kedang hanya dikenal prosa lama,
sedangkan prosa baru kurang ditemui atau hampir dipastikan tidak ada.
Prosa lama Kedang meliputi:
1.
Cerita-cerita yang hubungan dengan kepercayaan.
Kepercayaan itu mempunyai cabang-cabang antara
lain:
a.
Ramal : dengan menggunakan bahasa Kedang,
seorang pawang dapat meramal penyebab sakit/penyakit yang diderita oleh
seseorang dengan memakai alat-alat antara lain : ayam, mahu, telur ayam, parang
dan lain-lain.
b.
Tabir mimpi: seseorang pawang dapat mengartikan
mimpi seseorang dengan mengucapkan mantra-mantra dan memakai alat-alat seperti
ayam, mahu dan telur ayam.
c.
Mengutuk : seorang pawang dapat mengutuk seseorang
dengan mengucapkan mantra-mantra dan memakai telur ayam sebagai alat.
Dalam
kesusastraan Kedang disebut keba/keba
depi’ Selain apa yang dikemukakan di atas nenek moyang orang Kedang juga
mengenal kepercayaan lain yaitu :
a.
Lagende : Dongeng asal mula terjadinya suatu
tempat, gunung, sungai, teluk, dan lain-lain. Misalnya Legende Wei Rawe, Legende Teluk Balau'ring (cerita/dongeng Amun Beni),
Wei Lawan, Wei Miteng, Wei Hur, Nowin Wali, dan lain-lain. Dalam bahasa
Kedang disebut Ulikoda (cerita).
b.
Mithe : Dongeng tentang dewa-dewa atau makluk
kedewaan yang berhubungan dengan kepercayaan. Misalnya loyo, lia, ula, male, popo’/uno.
2.
Fabel
Fabel
ialah cerita atau dongeng-dongeng tentang binatang. Dongeng-dongeng tentang
binatang ini hampir terdapat di mana-mana di dunia ini.
Anak cucu Uye Lewun yang mendiami kaki gunung Uye
Lewun ini pun memiliki cerita-cerita dongeng tentang binatang misalnya manu lakarome tiu laka rudang, ila wai
tuan, ruha nore au', ruha nore mapur, au' nore manong, dan lain-lain.
3.
Dongeng-Dongeng Orang Jenaka/Pandir
Cerita-cerita
jenaka adalah cerita-cerita yang menimbulkan rasa tawa atau yang mengandung
unsur kelucuan yang tinggi. Cerita- cerita ini banyak tersebar di seluruh
wilayah nusantara termasuk Kedang-Lembata. Cerita jenaka ini banyak terdapat
dalam sastra Kedang. Misalnya Ruha Nore
Mapur, Au' Nore Manong, Mato Kisu’
Nore Obi Roko', Beni Ei dan lain-lain.
4.
Dongeng yang berisi pendidikan atau didaktik
dalam kesusastraan lama Indonesia terutama sastra lama Kedang memiliki
dongeng-dongeng yang berisikan pendidikan atau dedaktik. Contoh dongeng tentang
Au Nore Ruha, Mato Kisu' nore Obi Roko',
Au nore Manong, Pohong Liang nore Atedien I'er Dohang.
5.
Sage yakni cerita yang mengandung unsur sejarah.
misalnya cerita tentang anak-anak dari moyang Lewun yaitu Uye Lewun
yang menjelma menjadi gunung Uye Lewun,
Bela Lewun sebagai pengantara antara manusia dengan Tuhan, Oka Lewun menjelma menjadi setan atau
makluk halus, kemudian Tana Lewun
menjelma jadi tanah atau bumi yang kita pijak sekaligus sebagai makanan bagi
tumbuh-tumbuhan hidup di Kedang.
Sedangkan
Gaya Lewun, Daya' Lewun, Beha' Lewun,
dan Eye' Lewun mereka keluar dari
tanah Kedang entah ke mana. Tapi menurut cerita orang tua/cerita tradisional
bahwa mereka keluar dan berlayar menuju ke suatu daerah yang namanya "Sina pu'en sawe matan" yang
dimaksudkan dengan tempat tersebut adalah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Cina,
Eropa, Amerika dan Afrika.
B.
PUISI
KEDANG
Sebagaimana
telah dikatakan penulis dalam buku "Urisele
Au' Edang" bahwa puisi Kedang terbagi atas dua yaitu puisi lama dan
puisi bebas. Puisi lama terdiri dari mantra dan pantun.
1.
Puisi Bebas
a.
Mantra (Nukung)
Mantra
adalah kalimat-kalimat atau susunan kata-kata yang mengandung arti atau
kekuatan gaib yang diucapkan pada waktu dan tempat tertentu dengan maksud untuk
menimbulkan kekuatan pada orang yang mengucapkanya. Mantra Kedang terdiri atas
beberapa jenis antara lain : mantra untuk menyembuhkan orang sakit, mantra
untuk mengusir setan, mantra untuk berburu, mantra untuk menyingkirkan hantu,
mantra untuk mengusir hama, mantra untuk membuat orang sakit, mantra untuk
meminta hujan, mantra untuk menanam padi dan jagung, mantra untuk meletakkan
batu pertama bagi kampung tertentu dan lain-lain.
Pawang atau pembawa mantra (dalam bahasa Kedang
disebut Molan), selalu memilih
kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut selain makna juga bersifat sopan dan
indah. Oleh karena mantra-mantra merupakan puisi yang bersajak dan berirama
secara teratur. Mantra Kedang di anggap sebagai permulaan kesusastraan Kedang.
Puisi lama Kedang yaitu mantra dan pantun
merupakan pancaran masyarakat lama Kedang. Masyarakat lama Kedang mempunyai
ciri-ciri antara lain :
a.
Merupakan masyarakat hidup bersama atau masyarakat
gotong royong.

b.
Merupakan masyarakat buta huruf, kalaupun ada
tulisan, maka kepandaian tulis baca tersebut hanya merupakan kepandaian
istimewa dan terbatas pada golongan tertentu.
c.
Statis, yaitu masyarakat yang setia dan
mempertahankan sifat kekolotan (masyarakat yang konserfatif) dan tradisional.
Itulah
sebabnya puisi lama Kedang yaitu mantra dan pantun mempunyai ciri-ciri antara lain
:
a.
Puisi lama Kedang (mantra) pada umumnya
merupakan puisi rakyat dan tak dikenal pengarangnya. Sedangkan puisi lama
Kedang (pantun) juga merupakan puisi rakyat, ada pengarang yang tak dikenal,
ada pula pengarang yang dikenal.
b.
Puisi lama Kedang (mantra Kedang) disampaikan
dari mulut ke mulut. Menurut berita yang ditterima oleh pawang bahwa proses
pemberitahuan mantra memakan waktu yang cukup panjang yakni kurang lebih lima
sampai dua puluh tahun. Seorang calon pawang (Molan) akan menerima semacam
ilham dari seseorang oknum yang namanya "Nimon" (Tuhan) melalui
benda-benda langit seperti loyo, ula, male, lia rian, male pari, male popo' dan
lain-lain.
c.
Adapun seorang calon Molan harus menyiapkan alat-alat
sebagaimana diperintahkan Nimon (Tuhan) lewat pembantu-pembantunya. Alat-alat
itu antara lain : lapa' (batu ceper),
nuta' miteng (kain hitam), nuta’ buya (kain putih), benang miteng (benang
hitam), tua' (tuak), leteng/te'ang (tempurung), manu tolor (telur ayam), manu
(ayam), mei' (pisau'), apu’laka (tempat yang terbuat dari daun lontar yang
digunakan untuk menyimpan alat-alat tersebut).
Selain alat-alat tersebut di atas tempat
pelaksanaan menurut petunjuk yang paling baik adalah rumah adat, dibawah pohon rita (pohon pule), dibawah batu
yang agak besar, dibawah pohon bambu buatan, atau ditempat-tempat lain yang
menurut kebiasaan harus dilaksanakan ditempat itu. Soal waktu pelaksanaan bisa
dilaksanakan pada pagi hari siang hari ataupun malam hari.
Marilah kita melihat contoh penggalan mantra
yang diambil dari Buku Urisele Au’ Edang halaman 8
NIMON RIAN LIKO’ LAPANG
Nimon
rian hura' bele
Karuta'
paro min hereng bele
Muna
lipu' koi kamu
Ana'
ninun kete kai
Ewa
ebong saka lamang
Ruta'
mo'i paro mo'i
Dei
mo'i liwu' leran
Pan
kolo be' bale
Ana'
ninun kete kai
Kara
mati’ utu'
Kara
mere' puen
Telu
oyo ehe' ninun
Hapang
oyo’ hapang awil
Tehe'
none' witing hura'
Lepi'
kala loman hau
Puli
nueng de'
Muna'
kapu' de'
Ehe'
ur lekan name'
Leu
au' ula loyo
Bute
nueng te'el nere
Kara
kolo ite wati’
Kara bale toye'
Telu
pating witing hura'
Dang
manu' lei
………………………
Penggalan mantra Kedang di atas bila kita mengamati lewat
persajakan atau rima akhirnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : baris 1,2,8,16,17,18,20
dan 22 rima akhirnya adalah (A), baris 3,10 dan 15 rima akhirnya adalah (B),
baris 4,6,9,21 dan 24 rima akhirnya adalah (C), baris 5 rima akhirnya adalah
(D), baris 7,11 dan 12 rima akhirnya adalah (E), 13 rima akhirnya adalah (F), baris
14 dan 23 akhirnya adalah (G), baris 19 rima khirnya (H).
Sajak atau rima adalah ulangan bunyi-bunyi yang sama. Selain
mengamati sajak/rima, perlu juga kita mengulas sedikit mengenai isinya
Isi mantra di atas yaitu merupakan doa yang disampaikan oleh
Molan/Pawang kepada Nimon Rian (Tuhan), supaya Nimon Rian bisa memberi makan
dan minum serta memelihara selalu orang yang sedang sakit. Hal ini seperti
terdapat pada baris 2 sedangkan baris 3, 4 Molan/pawang mohon kepada Nimon Rian
agar memberikan kesembuhan serta kekuatan bagi yang sakit. Paris 5, 6, dan 7,
Molan/Pawang memohon kepada Nimon Rian kiranya Nimon Rian senantiasa memelihara
agar tetap sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan sehari-hari untuk menyambung
hidupnya.
Coba ulas baris-baris selanjutnya dengan tafsiran Anda
sendiri.
b.
Pantun (Urisele)
1.
Pengertian Pantun (Urisele)
Perkataan
Pantun (Urisele) berarti sindiran, perumpamaan, peribahasa/ungkapan, serta
ibarat.
Jadi
pengertian pantun (Urisele) adalah kata atau kelompok kata yang mengandung
pengertian atau melukiskan sindiran, perbandingan, perumpamaan, peribahasa/ ungkapan,
serta ibarat.
Carilah pantun-pantun Kedang yang merupakan contoh dari
sindiran, perbandingan, perumpamaan, peribahasa/ungkapan, dan ibarat.
2.
Syarat syarat Pantun (Urisele Kedang)
Adapun
syarat-syarat Pantun (Urisele Kedang) sebagai berikut :
a.
Tiap bait terdiri atas tiga/empat baris
b.
Tiap baris terdiri atas tiga atau empat kata
c.
Tiap baris terdiri atas enam sampai delapan suku
kata
d.
Sajak/rima akhir berfariasi, seperti a-b-c,
a-b-b, a-a-a, a-b-a-b, a-a-b-b-, a-a-b-c, a-b-a, a-a-b, a-b-c-c, a-b-b-b,
a-b-a-c, a-b-a-c-d-d, a-a-b-b-b
e.
Pantun Urisele) memiliki sampiran dan isi.
Pantun Kedang biasanya terdiri atas tiga baris, empat baris, lima baris, dan
enam baris. Kalau tiga baris maka baris pertama dan kedua merupakan sampiran,
sedangkan baris ketiga merupakan isi. Kalau empat baris maka baris pertama dan
baris kedua merupakan sampiran sedangkan baris ketiga dan ke empat merupakan
isi.
f.
Pantun (Urisele) juga tidak memiliki sampiran
dan isi, baik tiga baris, empat baris, maupun enam baris, merupakan sindiran perbandingan,
perumpamaan, peribahasa/ungkapan, dan ibarat.
Carilah contoh-contoh Pantun (Urisele yang
sajak/rima akhirnya sesuai dengan rima akhir di atas
3.
Ciri-ciri Pantun Kedang
Adapun ciri-ciri Pantun (Urisele Kedang) sebagai berikut:
a.
Pada umumnya pantun (Urisele) selalu berpasangan
kecuali pantun teka teki
b.
Pantun (Urisele) pertama selalu berhubungan
dengan pantun (Urisele) kedua
c.
Satu pasang pantun (Urisele) terdiri dari
enam/delapan baris
d.
Bersajak, rima campuran/berfariasi.
e.
Bila pantun (Urisele) tidak berpasangan rasanya
tidak lengkap.
f.
Memiliki sampiran, kadang-kadang tidak
g.
Pada umumnya pantun penuh dengan sindiran,
perumpamaan, peribahasa/ ungkapan, serta ibarat
4.
Manfaat pantun (Urisele) sebagai berikut :
a.
Sebagai alat untuk mengasah pikiran
b.
Sebagai alat untuk mendidik
c.
Sebagai alat untuk membangkitkan semangat kerja
d.
Sebagai alat untuk perkenalan
e.
Sebagai alat untuk menghidupkan karya seni

f.
Sebagai alat untuk menggali atau memajukan
kebudayaan
g.
Sebagai alat untuk menghibur diri sendiri atau
orang lain
h.
Sebagai alat untuk merayu diri sendiri atau
orang lain (anak-anak) agar cepat tertidur
5.
Isi pantun (Urisele) bila dilihat dari segi
isinya maka pantun (Urisele) dibagi menjadi :
a.
Pantun muda
Pantun muda dibagi atas dua yaitu :
1.
Pantun nasib/dagang
Contoh : Biti' puan bua'
kolo Wei lolon laleng e'ing
E'ing oma kua se'i
Loleng layar
bayang bale
Wa' etung woto'
niwang

Isi pantun dagang diatas
yaitu melukiskan perasaan sedih seseorang (pria/wanita) yang sedang berada di
tanah rantau. la sedih karena merasa jauh dari orang-orang yang dicintainya,
baik orang tua, sahabat-sahabatnya, atau kekasihnya. Oleh karena itu bila ia
sedang mengenang kembali orang itu, ia membuang ludah sebagai pembatas agar ia tetap
fokus pada pekerjaannya
2.
Pantun berhubungan
Pantun
berhubungan terbagi atas tiga yaitu :
Ø Pantun
perkenalan
Contoh
:
Are'
weri' dolu lolo'
Tebe’
molong para’ lolo’
Tata
dahang kata holo
Ebe
abe tanang ai
Laleng
keleng rai rai
Ea
ari’ dae’wai
Pantun perkenalan di atas melukiskan perkenalan
antara seorang pemuda dengan seorang pemudi yaitu pada saat pemudi itu disapa
tapi ia tidak menghiraukan teguran atau sapaan pemuda itu. Dalam hati pemuda
itu masih ragu-ragu dan bertanya dalam hati apakah pemudi itu mau atau tidak.
Ø Pantun
berkasih-kasihan
Contoh
:
Are'
opang au' napo'
Kopa'
numen ore bia
Laka'
pan kasiang
Ebe
olor uhu' lolo'
e'a
mete uma hura'
Obi
sorong laleng urang
Pantun
diatas menggambarkan pertemuan antara seorang pemuda dan seorang pemudi yang
berlangsung semalam suntuk. Menjelang pagi hari mereka berpamitan tapi dengan
berat hati.
Ø Pantun
Perceraian
Contoh
:
Barang leta' peta' loleng
Puli lela lepi' re'

Roko bungkus geru' losing
Oli
lamari laleng
Akal
ara bone bale
Pantun
ini melukiskan penyesalan seseorang (pemuda/pemudi) yang telah lama menjalin
hubungan dan kemudian putus secara tiba-tiba. Walaupun demikian mereka masih
berusaha untuk menyatu kembali namun tak bisa lagi.
b.
Pantun Teka teki
Contoh
:
au'
tawe ero nebo'
Hune'
tubar mara ebo
Ebo
toi tua lahar
Sio
neti tupa' pahang
Teka teki di atas bila dijawab maka jawabannya
adalah mu u' imi'. Jantung pisang pada saat muncul pertama kali
diumpamakan sebagai kepala. Ketika beberapa hari kemudian jantung pisang ini
menunduk yang diumpamakan sebagai ekor. Setelah jantung pisang melepaskan
pembungkus-pembungkus jantung lalu muncul buah-buah pisang, dan sisa jantungnya
di potong. Beberapa bulan kemudian buah-buah pisang itu sudah tua yang
diumpamakan sebagai orang tua dan siap dipanen.
c.
Pantun Orang Tua
Contoh
:
Pantun
tua ini dibagi atas tiga bagian .
1.
Pantun Adat
Contoh
:
Nerung
tore erung
Leu
walang wa' lupang
Tubun
tara upal-upal
Nore'
tore bore'
Leu
lea leu au'
Tawun
tara mawu mawu
Pantun adat di atas melukiskan keadaan kehidupan
sosial masyarakat Kedang yang penuh dengan perbedaan. Perbedaan itu seperti
perbedaan agama, adat istiadat kampung / desa, perbedaan
pikiran, dan perbedaan dialek.
Perbedaan-perbedaan tersebut tidak bisa membuat
orang Kedang tercerai-berai, namun semua perbedaan dapat dikumpulkan menjadi
sebuah kekuatan yang dasyat demi menciptakan sebuah kehidupan yang aman, damai,
dan sejahtera di alam Uyelewun 
tercinta.


2.
Pantun agama
Contoh
.
Nerung
tore erung
Payong
ratu dapu bean
Watan
wear alu mean
Nore'
tore bore'
Sika
lera leu erun
Sarani
roman di'en herun
Pantun agama di atas menggambarkan tentang agama
Islam dan Nasrani yang hidup di tanah Kedang. Oleh pemeluk masing-masing agama
memandang bahwa baik agama Islam maupun Nasrani adalah agama yang sangat baik.
3.
Pantun nasehat
Contoh
:
Are'
nore' tore bore'
Oha’
ate dien palan
Kara
bute boyo' lala
Ebe
erung tore erung
O
kara heru' hetang
Pan
sape boyo' weta'
Pantun di atas melukiskan bahwa seorang pemuda
dan seorang pemudi saling memberi nasehat satu sama lain. Pemudi mengatakan
kepada pemuda bahwa bila berjalan pulang jangan singgah/tidur di tengah jalan.
Sebaliknya pemuda mengatakan kepada pemudi bahwa bila berjalan pulang muda-mudahan
tiba di rumah dengan selamat. Carilah contoh pantun muda, teka teki serta
pantun tua, kemudian buatlah ulasan menurut anda.
2.
Puisi Bebas
Puisi Bebas artinya puisi yang tidak terikat
oleh rima/sajak, irama, tidak terikat oleh jumlah baris dalam tiap bait dan
jumlah suku kata dalam tiap bait.
Bentuk puisi bebas harus sesuai dengan irama jiwa
dan gerak sukma yang hendak dilukiskan. Pencipta tidak boleh terikat dan terkukung
oleh ketentuan-ketentuan yang sudah tersedia lebih dulu. Yang terpenting bagi
puisi bebas adalah isi dari puisi itu sendiri.
Contoh puisi bebas :
URISELE ANA' MELARA'
Tebe’
kelan lun moru’
Tebe'
eteng mete kue'
Kue'
dareng kare' kata'
Roing
ata' dei wata
Kelen
ari' nore tata
E'ing
ina' nore mama'
Kelen
kelen ledo lala
Botan-botan
bale weta'
Ara lun
ara olong
No' au'
rian lolo’'
Tebe
enge lele lala
Mara ko’
laleng lae loro'
Uben
papun loyo lari
Kasiang
sayang ko’ diri
Udang
tutur kata bahe
Olong
oho roho ahu
Palan
piling rihu rahe
Nimon
sio ema dahu'
Kelen
hengan ala utan
E'ing
hengan utan laleng
Botan
anen manu' tolor
Lela
ena ledo bale
Pua'
mena banger bolong
Puisi
diatas dapat dianalisis sebagai berikut :
1.
Judul: URISELE ANA' MALARA’
2.
Pengarang Victor S. Kiliroong
3.
Bentuk : puisi
4.
Jenis : puisi bebas
5.
Jumlah bait : 5 bait
6.
Jumlah larik : 23 larik/baris
7.
Jumlah kata : 92 kata
8.
Sajak /rima akhir : abcdd, dddd, efdf, ggchch,
aeibe
9.
Isi : kehidupan
10. Thema :
kehidupan di tanah rantau
11. Pesan :
sebagai seorang perantau harus sabar dan tabah dalam mejalani kehidupan di
tanah rantau
12. Bentuk
puisi : lihat di atas
13. Ulasan
:
Hidup
sebagai seorang perantau di tanah rantau memang sangat sulit untuk mencari
pekerjaan, kadang-kadang ada pekerjaan kadang-kadang tidak ada pekerjaan, bila
tidak ada
pekerjaan maka perantau tersebut
mulai duduk mengenang kembali saat hidup bersama orang tua dan sanak saudara di
kampung halaman.

Perantau
sampai meneteskan air mata karena bila lapar atau dahaga mau meminta/menoleh
melalui siapa. Dalam hati kecilnya ia masih berkeinginan untuk kembali ke
kampung halaman, karena ia masih ingat akan makanan yang biasa di makannya
seperti hengan, utan, utan laleng, dan
anen manu tolor, akan tetapi waktu pulangnya belum diketahui secara pasti.
Carilah
puisi bebas karya V. S. Killiroong yang lain kemudian dianalisis seperti contoh
di atas
C.
Beberapa Contoh Puisi dan Prosa (Cerita Rakyat
kedang) Karya Victor. S. Killiroong dan N.N di bawah ini untuk di nikmati.
1.
Puisi
a.
Puisi Lama
Ø Mantra
TUBEN IHE' HOING IHE'
Anung e'i
leu rian
Waleng
e'i leu eho'
Epe
ko'o nou' daten
Au'
ko'o pari wayong
UyeLewun
kaya' tene
Wela
e'i ukar e'i
Ili e'i
abong e'i
Owa leu
mata' leu
Ning
ko'o tein totor
Taru'
ko'o wau kapal
Dite'
ko'o apu' oma'
Lehe'
ko'o wai' mota'

Hedang
beli pole bau'
Anung
we'ko wingwang
Laleng
we'ko nunana'
Anung
ko'o nau muna'
Laleng
ko'o nau' urang
Tuben
ihe' hoin ihe'
Tehe'
ihe' lari ihe'
Tuben
ude nore ai
Hoing
ude’ nore wa'
Ema ui
ihe' eten ihe'
Eru
ihe' rape ihe'
Tuben
de' hoing de'
Tehe'
de' lari de'
Ui ihe'
de'
Eten
ihe' de'
Eru
ihe' de'
Rape
ihe' de'
Karya
N.N
Catatan :
·
Mantra di atas judulnya diberikan oleh V. S. Kiliroong
·
Mantra di atas di ucapkan oleh V. S. Kiliroong
pada saat Perpisahan Kelas 3 SMP Muda karya Balauring pada 6 Desember 1975
Ø Pantun
1.
|
Sawar
laleng lebe lawa
|
Wei
wolang meru laleng
|
Au'
reha' wuru bolo'
|
Balauring
belu tamal
|
|
Pua'
lela matara' lolo’
|
Bale
bora' leu rama'
|
|
2.
|
Peu
uma meluwiting
|
Leu
mamu ate rodang
|
Leu
walang saruang
|
Leu
wayan ape nobe
|
|
UyoLewun
uli' pua
|
Au'
edang owa tobeng
|
|
3.
|
Oa
elu bele ule
|
Manu'
koko' bute hoko
|
elu
ana' ena ole
|
Hoko
eyeng ena kopa'
|
|
loyo
kela' moleng-moleng
|
Ula
hepa’ opang-opang
|
|
4.
|
Rukung
kotel bote' ene
|
Ruha
akal keho' netol
|
Koro
era boran para'
|
Witing
ama' kir keto'
|
|
Weto
noel mai hara
(N.N)
|
Namang'
tope' orong repo'
|
|
5.
|
Uben
ria raken bara'
Are
riba tebe' roho
Sape
loyo oli bohor
|
Loyo
angin panan mulang
Ebe
tebe' pasa' tulang
Ula
heleng kolo’ kelen
|
6.
|
Wawi
pade eda' nala
Banger
ana ali wala
Lali
balo' lei nala
(N.N)
|
Rukung
kotel bote'ene
Koro'
era boran para'
Weto'
noel mai hara
|
7.
|
Tala
mei' keu pai'
Nabu
ko'or wetu' lebang
Hera'
heur keu eban
|
Doro
peda' belung kain
Bele
lala uli' mai
Kue
dareng meweng naing
|
8.
|
Wetu'
lebang nabu kamar
Ebe
bele toang rama’
Hoyan
we' pan hamang
|
Uar
lipa' lapa to'
Are
bete pa' ton
Elu
ana loyo no'
|
9.
|
Ula
bohor nahing ebe
Ebe
abe loyo bohor
O
roho ei roho
|
Loyo
heleng wile are'
Are
baran leu wayan
Roho
bahe ae naya
|
10.
|
Are
baran danung dolor
Pua'
pure' pare' lolo’'
Akal
dahang kata holo
|
Ebe
tibo peu mole
Luleng
wihu' sobe ote'
Dahang
dae' nau dole'
|
11.
|
Are
baran tanang ole'
Loeng
ebe dau' kopa'
Ula
hepa' opang-opang
|
Ebe
tibo hoing ote'
Tehe’
are’ lae’ ole’
Loyo
kela' moleng-moleng
|
12.
|
Tene
bua' tahi aya'
Oyo'
kolo kawang ne'
Bitan
pua' susah paya
Ebeng
we' bora' we'
|
Tepi
tene ote nene
Angin
pui' layar birang
Erung
di'en namo mene
Wati'
kara rahi burang
|
13.
|
Hoyan
we' pan hama
Polung
wul bala uring
Ari
toang-toang hola
Kelen
bahe rahe laleng
|
Tata
tebe pui' nureng
Nureng
eu' e'a wohor
Kelen
ari' anung waleng
Tebe’
roho loyo bohor
|
14.
|
O
kelen e'i kelen
Ina
mama' pau panang
Ka
pae me weri dein
Kara
upe namang nedung
|
Murun edang telu apa'
Pua hoka kole' ili
Weri kelen waka' pua'
Sudu sole' elelele tetindai
|
15.
|
Mapur kari awa' lolo’
Kari' kamar eyeng laleng
Oi ari kata holo
Roho bahe rahe laleng
|
Ebal ba'a kole ai
Haba duhu ai puhun
Ea ari’ da'e wai
Tebe kelen eban lun
|
16.
|
Mire' puhu tada tun
Tun ula
kelung lodong
Iden
ina weri haran
Ore
Sio ema nahing
|
Ta' uan lalang ula
Ula
male ana' de' ne
Mawa' mama' keu muda
Mama sorong sekola
bahe
|
17.
|
Hoe lea leu wayan
Melu witing ara mengi
Erung
bore kati awen
Wela
watan nore sarani
|
Peu
uma leu wehe'
Ara
mengi melu witing
Wile
tali dahang tehe'
Ebeng
bora' awe lamang
|
18.
|
Kong utun eu'-eu'
Boli' leu peu sawa
Mura
rame leu au'
Kelen
palu kong bawa
|
Mader
piding dolu lolo
Mader
piding pene ling
Inga'
etung kili bolo
Ina
tutu amo panang
|
19.
|
Hoba matan beni hading
Wei
rian buri utun
Kelen
utan hengan motong
Olon luo' peri' tein
|
Wa
lupang hoba matan
Kulu
wala leu buri
Inga’
oma neber peyun
Olon
te'e nau' weri'
|
20.
|
Kala olen
doler daler
Ole
bean leu laleng
Ledo
kare' ula male'
|
Beyeng
pete' ala behi
Boyo wei' nanan rehi
Mama' dahang kara
ehing
|
21.
|
Angin
pui' ai lolon
Lolon
tatang ole wata
Botan
lei peting lota'
|
manu'
koko' e'a naun
koko’
roe leu
Kelen
dewa' howe' mawu
|
22.
|
Karu
ta' kopel kusing
Kusing
ayang leu wayan
Bung rani ani mama Awe Au' (N.N)
Mama
wotan radan rama’
|
|
23.
|
Be'
weta' uli' pua'
Me'
we' oyo' ruang
Nuo
pane o koti Ela (N.N)
Lae loro' seher doti
|
|
24.
|
Pale
pedang papang rupang
Perang
bale boli kupang
Tebe
pikir rupa-rupa
(N.N)
|
Labur-labur
peo-peo
Poto
roli boli' meo
One
laleng urang meong
|
25.
|
Ue
mal hen ka
Hen
ka bahe de'
Kara
ikol akol we'
(N.N)
|
Bako
oro sorong nateng
Ebe
sinta are mate
Tehe'
nope wati' daten
|
26.
|
Ebe
tula’ ote ula
Ula heleng toi tope
One kata upe nope
(N.N)
|
Are balo' ole male
Male ta' are namang
Meko kelen hara nama
|
27.
|
Tuang
besi tur
Ayar
bea' na mur
Wai pari wai hanga'
Satenga
tanga nanga
(N.N)
|
Mayar
bapa kaya
Ayar
bea dei naya
Ua
wei pari ebo
Libang
ubu' kebol-kebol
|
28.
|
Wei
botan biar wala
Leu
bete wata lolo'
Are'
tebe' kare' ula
Ina
dahang dae' holo
|
Wei
rawe leu wayan
Leu
deni ra' utu'
Elin uma papan paren
Nulur mui lae' tutu'
|
29.
|
Wowon
bean alu mean
Oyo’ kolo
tahi rata'
Uben
kelen loyo kelen
Kelen
tubar luni lota
|
Tua
mado beni hading
Hoba'
matan leu hapu
Eyeng e'ing beu e'ing
E'ing lei peler mawu
|
30.
|
Tuang
besi tur
Aya
bea’na mur
Ayar
a nore be
Kare’
ude nore sue
|
Mayar
bapa kaya
Ayar dea dei naya
Naya oli' rai waran
Uben
kelen loyo kelen
|
31.
|
Biar
wala leu wohung
Mule
wa' peu Oha'
Anung
we'ko' wingwang
Laleng
we'ko nunana'
|
Leu hoe' leu lea'
Leu
wayan leu danung
Anung ko’nau muna'
Laleng
ko'o nau urang
|
32.
|
Roun
wala koran laba
Laba
dae' aemai
Hoing
ude nore wa'
Tuben
ude nore' ai
|
Basa
barang namo are
Tula tibo namo ebe
IJi
ihe' eten ihe'
Eru
ihe' rape ihe'
|
33.
|
Eko nape bete ne
Baba bele kong de'
Tuben de' hoing de'
Tehe'
de' tari de'
|
Baba beyo wile de'
Nape mapa' beyo ne
Ui
de’eten de'
Eru
de' rapi de'
|
34.
|
Laong
uman tuto' kuma
Ulu
dote' ata' re'
Sobe
uli' pua' de'
(N.N)
|
Kong eu leto leu
Kong
uli' palu dang
Oyo'
ena bale ma
|
35.
|
Lampu
Ioleng tamal eleng
Turu
ha'a bu'er deler
Kelen
namo eti kelen
|
Padu piding bole poho
Kolo liko' tahi' woho
Roho namo eti roho
|
36.
|
Bawa eding-eding
Boyo odel au' redung
Nedung lede' kena ledo
(N.N)
|
Kong utun eu'-eu'
Boli'leu peu sawa
Namang wawar pan hawar
![]() |
37.
|
Omang
domang ai laleng
Omang
bawa ai werun
O' nuneng eu reun
|
Rukung kotel bote ene
Koro' era boran para'
Weto' noel mai hara
|
38.
|
Utan loran Ote roe'
Siki' hene' ona' bihar
Dihan-dihan ihan-ihan
|
Telar ewol oyo dewor
Tebe' hene' ona ruka'
Tupa'-tupa' upal-upal
|
39.
|
Ebe abe miteng malan
Miwa mu'u todu lala
Tomo
keu nau' pita'
Numen
toi pandita (N.N)
|
Are ude oyo ne
Nulon eti patal de'
Rukung
rekung ruka' telar
Wau'
toi lela-lela
|
40.
|
One bele laleng bele
Laleng beleng no'eng nelen
Bale mo'o laleng kelen
|
Ning bete mato bete
Mato bete tueng toka
Mati' tore pua' hoka
|
b. Puisi Bebas
1. TEDU' EBO LAWANG LEI
Are'ebe
tedu' ebo
Do'
ole' ole deler
E'a
ahir mueng meler
O kelen e’i kelen
Are'
ebe lawang lei
Ote wa
uli' mai
Tebe'
kelen rai-rai
Ino amo
dae' wai
Are'
ebe tedu' ebo
Do'
ole' ole lumar
Papan
paren elin uma
Are' ebe
lawang lei
O piur'
e'i piur'
Buler
bota' bele mi'ul
Are'
ebe tedu' ebo
Rupa
kong lihan tope'
Palan
akal kowa nope
Pan
tureng bole' lone
Iwi'
miang mara bone
Are'
ebe lawang wei
Namo
bala utu' naha
Mahan
dahang dae' mahan
Tehe'
mahan tua lahar
Tuo tehe'
se'i ahar
2. NEDUNG KEDUNG NILA' KILA'
Nila'
kila' kole' ula
Ula
niho nineng ebe
Ame’
sabong keu tebe'
Kelen
dei are' ebe
Nedung
kedung buel male
Male
para' nereng are'
Nimon
roho palan kare
Kelen kau' kue' dareng
Nila'
kila' kole' ta'
Ta'
neung anen hering
Tebe'
kelen weri'-weri'
Nedung
kedung buel peu
Ote peu
ta' sue
Tebe'
tutu' mete kue'
Nila'
kila' kole' wei
Wei
lolon laleng e'ing
E'ing
tema ua se'i
Nedung
kedung bu'el wa'
Wa
etung woto' niwang 

Botan
ena pota' tiwa
3. ARI TURENG TORENG LEI
E'a ahir
mueng meleng
Ari'
eha' tebe' kelen
Kelen
dei a'ang poler
Roing
tata ole deler
Ari'
eha' tebe' roho
Roho
dei olong oho
Pahe'
angin e'a wohor
Lun
keti bete' do'
Kopong
tata' lela leba
Hera'
heur keu eban
Tebe'
roho kare' era
Olong
hipur weri wana
Ari' kelen
huneng ling
Dei
loyo panan mulang
Ari'
tureng toreng lei
Tata
ledo denger being
4. OPOL BURA NIHO WILE
Laleng
bele kelen kau'
One'
ute ula Ote
Ula Ote
opol bura
Ula
opol be' mato
Opol
bura rahi' laleng
Laleng
bele kelen kau'
Ara
bone ema ote’
Lae' uta
ula ote
Ula ote
niha wile
Ema
laha ara bone
5. AI UAN TELAR LOLON
Tebe'
kelen hulu'-hulu'
Kelen
owan lelan pulung
Loyo
pari narang darang
Owan
maya' hide' heping
Ana'
nahing olon bahe'
Nahing kolo’
nahing bale
Ero'
ina' rahi burang
Mama' wati rihu rahe
Mama'
wile ino holo
Ina'
mete lun olong
Lun
keti bete do’
Olon
bahe loyo no'
Mama'
dau' leu tuan
Haba
naku ai uan
Ina'
bunu ole lumar
Haba
telar Iolon uman
Telar
Iolon ai uan
Keran
tara hara-hara
Tekol
tua' awa' natan
Tahang
sape e'a bia

Ili
ko'o uye Lewun
Uye
Lewun ili alu mean
lo'
bele baki loa
Bua
kelung bei hea'
Bua
re'a bei ba'e
Utun
ana' binen lamen
Utun
ude nore sue
Reite
dorong ote nene
Kara
one’ pana we'ne
Erung
di'en te namo' me'ne
Ine ame
binen maing
Eho'
meker kakang aring
Kati
awen hole hama
A uda
tin doha
Sarani
nore wela watan
Erung
bore' kati awen
Pua'
hoka ledo pan
Ola a
pai' tin
Paro
boti ba' wowo
Botin
bolor maya mapa
No' au'
edang ili uye Lewun
……Ne
oro’ lolo’……
7. HABA MIRE’
Tebe'
kelen weri'-weri'
Hedang
hara nulur ui
Ui
bitan nau weri'
Dau leu
haba mire'
Melu
witing leu tuan
Loyo
pari narang darang
Hudu
humo'oha' paing
Ele
sakola neti hoing
Owan
maya ne' kahin
Tore
sio tema nahing
Dei loyo oli bohor
Ahin
palan tutu' roho
Ele
iden ina' mawa' mama'
Nau
utun sape keu ria
Pan
sakola be' SMP Mudakarya
Pua
hoka ledo pan
Nore Amo
Tana Ino Mina
Rupa
ke' ine ame nimun
Kelen
me' budi di'en waka pua
8. BINEN LAMEN
Binen 

Binen
boleng are' longo'
Lipa'
loru' mang elir
Muda
sedo tapo balir
Pani
obo' be' wayong
Koa'
hude' puen hen
Puli
nobol hering te'a
Lamen

Ulu'
mado aman ratu
Pua'
hoka ledo pan
Ke' uli'
kati' wati'
Tobol ur
hawel name'
Leu
noning au' ne'
Pua'
huna bare suku
Suku
One' lelang laleng
9. IDEN MAWA
Iden
ina' mawa' mama'
Iden
ina' nau weri'
Mawa
mama' keu muda
One'
laleng kelen tuda'
Ino pan
be au' apan
Upe
nope ana utun
Iden
ledo haba ka
Paro
botin ba' wowo
Botin
bolor maya' mapa'
Mama' wati
dei lei
Toi
tope' bowe' tuan
Upe
nope ana utun
Eha'
pua' weta' pehil
Roho
diri daten rehi
Ero ino
nore amo
Budi
dien me'e we
E oha'
sorong bale
E kete
dahang Nimon rian
E
dahu'ote hura' bele
Be' au'
dien laleng
Tewu
se'ling kehe lei ale
Kapung
se' tubar be' oro' laleng
2.
Prosa (Cerita Rakyat Kedang)
P O P O
Ana
abe ate sue ari’ a’e pua’ weta’ ude’. Suo lamang se’ wawi ronen ude’. Wawi
ronen me bele pua’ be’ nedel laleng.
Sue’
de ari’ a’e pan lumar dei loyo. Loyo beu’ suo bale se’ nore wawi ne' olon luo’
(luta’ ama’). Suo bale nape se sape be’ weta’ oha’ nau tebe’ wawi be’ nedel
laleng ere dareng ele owan maya’. Suo tehe’ wawi tele, “O pua senang be neciel
laieng dei ioyo, tapi ciahu’ kamin bang ewar". Ke be’ owan maya’ olon ta’i
nau tokong.
Hoko
eyeng ari’ a’e pan lumar wati. Wawi be’ nede! laleng ke!ung me’ rupa aririan
ude’ aririan me rawi’ lamang olon luo’ bahe nepe peling di’en lalu bale nara
wawi wati’.
Loyo
beu’ suo bale sape be’ weta, lalu tebe poho maime. Sio udu’ weta’ bora’ olon
luo’ ta’in be’lipu lolo’ suo doto’ oha’. Suo ude’ dahang ude’, sio me nema
iuda’a alon luo’’ ata’ no’wa uso u’ asin sape bolor mapa’.
Hoko
eyeng suide ari’ a’e pan lumar wati. Loyo wehe’ peu’ suo bale be’ se’ weta’.
Suo udu weta’ bora’ olon luo’ ta’in puli be’lipu lolo’ wati. Suo u’ olon ta’in
pirang sape bolor lalu bute se’e
Oha’
nau bute suede tutu’ sewe, tele hoko eyeng te pade-pade pan lumar. Sape be’
lala, aya te bale pakang atedi’en/are’ansio yang rawi lamang olon luo’ mewe.
Manu’
koko’ natan, lela-lela manu’ koko’ mete roe, oha’ lela wati e’a bia. Sue'de
ari’ a’e hoyan we’ ewar pan lumar.
Sape
be’ tata aya’ suo bale pakang atedi’en sio yang adan rawi’ kawar be’ weta’. Suo
sui are’ baran alu malan ude be’ weta’ laleng mete iuda’a. Rawi’ kamar ta’i
bahe buka' pan ebe sue’de sere’ nuo oha’ bele watiya.
Ele
ebe sue’de oha’ bele maka are’rian tehe’ fete’, “Kalu name me ku’ ko’ labur
wawi oyoma pa’ supaya e’i kara bale yadi wawi wati’ ”. Sue’de u’ labur ma pa’,
api ka labur sape lebu’ bong’. Ebe abe ate sueme a’e yang awe are’rian yadi ne’
we’rian.
Loyo
ude’ sue’de ari’ a’e pan derung. Ari’ yagane yiku a’e yaga be’ tata lipen. Oha’
lela wawi ude hopan heng ole dou. A’e pane wawime nara mate. Lalu a’e toang
wati, oha' IeIa ton au ude’ adan mete kebol-kebol ebo, terus tete mawi mete ne
pan.
A’e
keien bele laleng no'me au namurpa ko’ ari’ nu’. A’e pohing au se wawi sape
bale be’ se’ weta’. Bale sape be’ weta’ we’rian dahang ne’ aterian tele,"
mo’ ari’ dita”. Aterian holo tele,” ko’ ari’ kelung newe’ yadi au nobe we”.
Pua’
oha’ lela a’e pan malara’. Nope we’rian nore au eha’ pua’. Au me loyo nara au,
uben bale’ nara atedian. Uben Ie’eI su’ede au hama-hama. Oha’ IeIa ton a’e ne’
we’rian muho apang. Muho mete ria ke’er oha aterian bale. Sape be’ weta' hara’
sue telu ne’ we’rian bua. Bua ana ate pitu, ana’ ata'me oha’ atedi'en tapi au
piling. Ana pitume Ia’in eneng, ronen ude’.
A’e
nore ne’ we’rian tau’ miang imi’, maka suo laha peti ude lalu re’ ana’ au
be’Ialeng.
Sue’de
we’rian aterian se’ ana’ au ata’me pan bao ole wata. Suo bale se’e, are’rian
tualakar ude' adan lalu nuo ku’ peti ne’ bale. Sape be’ ne weta, tualakar me
buka’ peti, be’ peti laleng atedi’en ate pitu, are’rian ate ude nore ebe abe
ate eneng. Au utun nangan be’ peti laleng me kelung sewe’ sara atedi’en bahe.
Are’rien
tualakar me lamang ana’ ate pitu. Sorong suo asin eyeng beu’. Hebu bahing suo
engar laen polur apan. Tun ma ulo ma ana’ ata’me mete ria, ria bara’ bahar
kali. Se’ine lamang me oha' lela so matei.
Loyo
ude’ suo ate pitu me pan ledo naba se’ ine ame sape dapa’. Suo ate pitu ata’me
la’ lumarian ude. Lumar me suo miwa’ anen nore watar. Lumar wanan se’e me miwa’
mule watar amen sara puli se’ ine ame.
Oha'
nau use' watar anen, ana' pitu ata'me loeng se' ime ame tele keno' Oha' lela
wati' ke pan haka ke’ uli' mowo' doa lewel ne. Ine nare ame kelen kau' Rue'
dareng ine ame sorong se paduude' Sara niho 'ala. Padu me sorong ana' are' yang
pene.
Ine
ame dahang se' ana' tele, 'Pua' hoka doa lewel, wengpie nape tuiwe', "ana'
pitu suo nolo tele". Kalu ino amo mau mui ke pahe dei uben nore e'a
ura'dara"
Ana'
pitu tanang be' se' ine nore ame tele, “kalu mui ke e'a ura'dara me tanda nyawara,
kalu mui ke ubenkeu me tanda loyomatan".
LOYO
KABAN ANA'
Loyo
ne' ana ate ude'. Loyo ude' nuo tebe' laha naban. Naban me nore wade’ nara
lika' reha' pitu. Loyo ne' anal me ne'i kaban dei loyo, be' naban
laleng,
Waktu
loyo 'aka' lei ude' keu/loyo bohor moleng wade' naban ude' tope'. Loyo irang ne
ana' tele. "ero' ana' wade'
naban ude' tope'. "Loyo 'aka' lei sue/loyo bohor la'in wade' naban ude'
tope' wati'. Loyo irang wati' be' ne ana' tele", ana'e wade' naban ude'
tope' wati'. Loyo laka'lei keu yang ke telu/loyo panan wade' naban ude tope'
wati'. Loyo loeng wati' be' ne' ana' tele. "Wade naban ude' be' tope'
wati'. Loyo Oha' putus asa, nuo 'aka' keu wati' yang ke apa' pahe'ne panan
mulang, wade' naban ude' tope' wati'. Loyo irang ana' tele". ero' ana'
wade naban ude be' tope' wati'. Loyo laka' lei keu yang ke leme/loyo panan
hepa' wade' naban ude tope' wati', loyo irang be' ne' ana' tele"_ Ero'
ana' Wade' naban ude' tope' watt'. Wade' naban nope sue eha' nau. Pahe' loyo
wehe' loyo laka' lei keu yang keeneng, wade naban yang keeneng tope', nope
wade' naban ude'eha' nau. Loyo laka' lei keu terus/kepitu/loyo heleng wade'
naban sisa tope' wati', ana' moru' loyo tope' oha' te'e.

Loyo
ne' ana' moru' do' hala' mu'u ubu' laleng. Nuo te'el mu'u ubu laleng sape bia.
Eyeng taleng nuo hoko bora' atedi'en ude' bele mu'u pu'en mete pai' mu'u.
Atedi'en me naya me "Pulo Lamalean". Waktu Pulo Lamalean pai' bahe
bale be' ne weta' are'rian me do' ku wetu'/hau walu. Hoko eyeng laleng Pulo
Lamalean adan be' uli pai' bora' ne wetu'/hau hiro’ haro' bahe. Nuo kelen be'
ne' one' laleng", Sio me nema hiro' haro' ko' metu' hau mewe. Pulo
Lamalean heli' ne' hau wetu' ulang. Waktu nuo bale oha' terus sape' be' weta'.
Nuo tebe' be' ru'wade' la'eng pakang. Nuo nui are'rian ate ude' buka' be' mu'u
ubu' laleng lalu do' be' mu'u pu'en hiro' haro' Pulo Lamalean ne wetu' hau.
Higor hagar wetu' hau bahe are'rian me keu ulang be' mu'u ubu' laleng. Oha nau
sape ote mu'u lolo' Pula Lamalean mere' ne' lei terus ne bale be' Pulo Lamalean
ne' weta'

Pulo
Lamalean ku' are'rian me nara ne' we'rian. Sue'de puomoka ledopan lela4ela
dapa' se' ana ate ude se' ana naya ne subang. Pulo Lamalean oha' nau nuan
werian ne' naya. Loyo ude Pulo Lama'ean pan derung. Be' tuen aya' Pulo Lamalean
tebe' mete pikir, kira-kira aka' ara bone supaya ema ui we'rian ne' naya. Nuo
mawu ne' reu-reu laki hoing suo sawang ular oun bahe u' ne'wei doru be' Puto
Lamalean we' Pulo Lamaiean ne we’. Pulo Lamalean se' bale be' weta We'rian be'
weta' doto' oha', lalu mete kue' dareng oyeng ita. Kue' mete loeng ne' ame
tele, "Amo, mo' ana' mukokuma/peni mukololon be' pua' sengsara rasa
ne". Pada saat me nape Pulo Lamalean nuan ne'we'rian ne' naya. Sua se'
ana' ate ude.
Puo'
hoka ledo pan lela-lela mukokuma mau pan haba ne' ame. Loyo ude' nuo, wile Pulo
Lamalean manema hoing pan keu ta' ulur. Pulo Lamalean pan keu ta' ulur rama',
Bale sape be' weta' Pulo Lamalean bel ta’ ulur bahe wakai puli name. Mukokuma
dahu' Pulo Lamalean polling haba ne' utu. Saat me mukokuma beko ure' bete tuban
walu ole au'. Mukokuma hoing Pulo Lamalean pohing haba ure' nai'. Ele sibuk
haba ure' Pulo Lamalean oha' parahati' mukokuma nore ne' anat.
Mukokuma bote ne' ana' lalu mader haka' ta' ulur baheme ku' urevtuhu' ta' ulur
ta' welen poku keu ne' mukokuma nore ana' pan see.
Pulo
Lamalean tebe' kue dareng de'i eyeng dei layo. Kue' dareng keten kau' ne'
we'rian nore ana' pan se'e upe nope Pulo Lamlean. Loyo ude’ nuo pan haba
atedi'en yang bisa ne' nuo pan haba ne' we'rian nore ana. Ledopan name dapane
uawei lalu nuo dahang, "Uaewi o bisa me' e'i pan haba ko' we'rian ana'
utun?". Uawei holo, "Ei bisa e' o pan, tapi pan ko'o lela
doa’ne". Pulo Lamalelan tehe tele biar lela doa' yang penting te bisa
sape. Uawei WiIe Pulo Lamalean keu tebe' be' ne' obilolo, 'alu suo mulai pan.
Pan Sape loyo ude' sue felu Pulo Lamalean dahang uawei, "Te laha dehi' de'
pa'nau". Uawei hob. "Nau doa rama'ne". Suede pan terus,
kira-kira tun ude ahin nape suo Sape. Uawei tehe' Pulo Lamalean tele, "Te
Sape bahede, e'i bale ko'o, o ona haba mo' we'rian ana' tun". Tabe amo'
holo Pub Lamalean.
Loyo owe do’ mete beu’ toi. Pulo Lamalean
laleng mete kelen kau’ we’rian
nore ana'. Pirang bahe
mau te’el nuo bora atedi’en
raiwaran. Pulo Lamalean oha’ tada ne’ we’rian ana’ utan wati’. Oha’ lelaton mele ude’ adan.
Mete dahang Pulo Lamalean, ”o haba sio o’ Pulo Lamalean holo”. E’i haba ko’ we’rian
nore ana”. Mele tehe’
be’ Pulo Lamalean”, o bora’ kara ku” mato, atedien te’u rai-rai oyo
kaw ate ude’ biti’ ling keu la’i me nuo me’.
O oyo’ langsung te’el di’me.
Pulo Lamalean bora bora’ oha’
lelaton ate ude’
biti’ ling keu, nuo poti
oyo' te’eI sore mawu. Tapi e’abia atedi’en
rai ata’me toi’ bahe nope Pulo Lamalean
mie’ eha’.
Pulo Lamalean
kelen kau’ kue’
dareng, enge ote apan ole apan ated’ien tokong. Loyo owe mete do’ beu’
toi.
Nuo nui atedi’en rai waran e’el tapi api olor edang
ha’a, nuo oha’ bisa
oyo’. Oha’ lelaton tepatule ude’
ma lalu dahang
Pulo Lamalean o haba sio o’ haba
ko’ we'rian nore ana' utun,
tapi api beyo ha’a". Tepatule dahu’ Pulo Lamalean kalu me e’i pan laka’
lei ude’ bahe bele, o laka’ ma kati'
name terus sape te lewa’
api.
Pulo Lamalean. piur suo
pan rupa seti lutu’ mangan. Oha’ lelaton Pulo
Lamalean sape oyo
api apan. Nuo te’el nore
ne’ we’rian. E’a doa dehi’
atedi’en rai ata’me toi bahe. Pulo Lamalean tebe’ wati’. Nuo kue’ dareng kelen kau’
ne’ we’rian ana’
utun.
Loyo mete
panan hepa’, oha’ lela wati’
loyo owe heleng.
Loyo heleng do’ beu’ toi, uben
ledo adan ruang.
Pulo Lamalean tebe’ tureng toreng lei. Nuo nui atedi’en beyo te”el rai waran, tapi ular ude mange nunu mete yaga, narabone
Pulo Lamalean newa oyo. Oha’ lelaton rua nore lani adan hara’
Pulo
Lamalean.
mete dahang, “O kue’
kua o, Pulo
Lamalean holo. “E’i mau oyo bora’ ko’ we’rian
tapi ular ude’ mange nunu toang oyo welo".
Rua lani tehe’ be’ Pulo Lamalean
tele,” O kara tau’ mahara
ko’o reu rai waran adan
ele’ ular ne’ nunu
nape ona oyo’.
“Oha’ lelation rua lani rai waran adan
ele ular ne’ nunu, Pulo
Lamalean poti oyo’ hara’ ne’ we’rian,
sape e’a naun atedi’en rai waran nangan
toi sara bahe wati’
Loyo oli bohor moleng
Pulo Lamalean tebe’-tebe’ na’me oha’ le“laton
ana’ utun adan rai-rai mete huang kaka’ nire’ be’
neda’. Pulo Lamalean kelen be’ ne one’ tele”, ana’utun ata’name ko’ ana’ nore newai ?”. mete kaka’ mine’ na'me,
oha lelaten ana ude ne’ bag:in
kaka’. Waktu ana’ me kaka’ te’e neda’ miri’ moru’ bahe, ana’ me ungar/kaher naya tele".
Ine ko’o
mukokuma, ame ko’o Pulo Lamalean”. Pulo
Lamalean denger kaher
me
nuo beyeng oyo' depi’ ne’ ana’
mete kue’ dareng.
Ana’ me dahang
Pulo Lamalean
“O no’ sionei’ Ei no’ mo’ amenu”. Anne nore ana’ ue’ dareng
kabu’ koilwe.
Loyo
owe do’ mete beu’ toi, ana’ utun hiro’ haro’ pan be’ se’ weta bahe. Nope Pulo
Lamalean eha’ tebe’ mete kue’ dareng ayeng eha’. E’a mete miteng Pulo Lamalean
bora’ atedi’en rai-rai ata oyo apan
tapi singa more harimau belo yaga. Nuo mete tebe kelen-kelen na’me, oha’ lelaton kiki, kaka ude’ adan
tehe’ Pulo Lamalean.
O kara
kelen kau’ being,
nape ena hoing ko’ reu-reu
se’ manu’, au, witing, nore wawi oyo walu’
be’ e’a palan, supaya sema a lalu
o oyo’ ruang
mo’ we’rian ana’
utun. Pulo Lamalean
toang- toang name, oha’
lelaton kiki, kaka se’ manu,
au, ruka wawi
adan weto’ be’ e’a palan
lalu singa more harimau suo
pan oyo runing raping ruha wawi, Pulo Lamalean poti oyo’ te'el bute nore ne’
we’rian ana’ utun. Pahe’ e’a
ure’ dara Pulo Lamalean
hoko ku’ ailolon
nara mulung, lalu
bulung ne’ we’rian nore ana’. E’a bia tope’ atedienrai waran ata’me toi’
sara bahe nope Pulo Lamalean, we’rian nore ne’ ana’. Pulo Lamalean,’
mukokumu/Peni Mukololan nore se’una Subang
Pulo pua’ hoka
ledopan ke’ uli’
kati’ wati’ be’ au’ Lamalean.
BENI El
Beni
Ei pan pai' eyeng-eyeng Nua keu ote tua' lolo' mete hodang tua', metene tepi
ole au'. Mato te'e are' baran ude' buka bale-buka bale bele era
mowo' laleng. Beni Ei do' ole tua' pu ien bahe bale be' weta' ne'e.
Hoko
eyeng nuo pan pai' wati', pai' tua bahe bale do' ole pu'en, nuo nui are' baran
me buka bale-buka bale be' mowo' laleng wati

Beni
ei bale be' weta' mete ne kelen bele one' are' baran be' mowo' lafeng me sio.
Hoko
eyeng 'loyo yang ke telu nuo pan pai' wati', keu pai' bahe bale do' nuo pari
udu' be mowo' laleng tapi are' baran tokong.
Are'
baran tokong tapi nuo nui aleu' au ude' nape tobe' kira-kira sent puluh. Ea'
ahir be' mowo'
laleng me engar laen rasa.

Bei
ei ku' mei' tua' bahe me nuo kuang au nape tobe' ne pu'en nara kole bahe bale
be' weta'

Loyo
yang ke apa' nuo pan pai' wati, pai' bahe bale do' udu' wati', be' welo' nuo
bora' au tobe' me tope' ba'a pan ne'e. Beni Ei pan dei ne' Wei', Nuo Sape be'
weta' ude (weta' la'in) nape nuo tomo keu ote la'in nui ate ude' bete la'in.
Nuo ku' name/tuhu' keu te'e pahe ne' uli'maren, Wei' poku do' dei la'a name'
pao' Beni Ei ne we' lolo', narane ne'we' buru' balang bahe.
Ele
Beni Ei ne' we' buru' balang atan oha suka' nuo wati'. Ele atan oha' suka' nuo
maka nuo pan ledo-ledo dei ne' suka'. Nuo ledo-ledo name lalu dapa' ne ue taran
ude'. Ue taran me
nuo miwa'i. Waktu miwa' nuo
tehe' tele "Ue, e'i miwa' o no' loyo pitu o boru' Ote Ula’.

Bete
ula are' baran ate sue bete tebe' Ude' nayane Peni Uno, ude' wati nayane Nogo
Lia.
Pas
hara' pitu ana' ue yang Bent Ei miwa' me keu boru' ote ula, boru' keu tee pahe'
ne be' Peni uno ne' ulimaren, Peni Uno tehe' be' Nogo Lia tele ‘Nogo soba o ma
tebe' dano' kati' ko' uli' no'.
Uli'
no' be' alu rasa ne. Nogo tebe kati' ne'e lalu Nogo Lia tehe' wati be' Peni
Uno, Namur ne me, uli' no' me be' alu rasa ne me.
Nuo
keu Ote ula dei ue yang neti miwa'. Sape ote ula hara' ne are' baran ate sue
bete. Ote ula me api se' tokong, olon due a tangen oka'

Beni
Ei laha Ohung manema ohung api supaya sema sara iuda'a olon luo'

Beni
Ei dahang Peni Uno nore Nagolia tele mesue' me' aterian sio. Suo holo tele se'
aterian naya ne Au Eko Boyang.
Beni
Ei dahang wati "me nuo pan-ditane, Nogo Lia nore Peni Uno holo tele Au Eko
boyang pan nahu wei ne"
Beni
Ei pan yaga be' lala uli' Au Eko Boyang ne' pan bale. Pas Au Eko Boyang nahu
wei bale Beni Ei nawang nara mate.
Nuo
ku' au me leo' pate rei' bahe iuda'a ta'i lalu ne' bale be' weta'.
Waktu
Suo asin Beni Ei hoyo' leran olon luo' na'en meling la'u ame' Peni uno nore Lia
mase asin. Mete asin Nogo Lia nore Peni Uno tehe' tele na'en no' alu rasa ne.
Asin
bahe nape Beni Ei loeng tele na'en no'me Au Eko Boyang ne Are' baran sue ue'
dareng Rare' kata' kelen kau' se' aterian

Ele
Au Eko Boyang mate maka Beni Ei awe Peni Uno nore Nogo Lia nara nei we'rian.
Pua' Ote "la oha lela lalu Beni Ei dahu' Nogo Lia nore Peni Uno mase bale
do' pua ole au.
Do'
sape be' au' Beni Ei sorong ne' we'rian pua' be' ai lolo' toang Sape laha ada'
bahe nape Nogo Lia nore Peni Uno do' pua' ole au'.
Beni
Ei, Peni Uno nore Nogo Lia suo pua hoka ledo pan be' huna weta' laleng, suo or
wowo tali eu' todi ebo lawang lei, tubar luni Iota', lei beler mawu, sema Tlbul
dewa tawe manu, utun rai ana' waran.
NOWIN WAL"
Nowin
Wali' nuo puro' rowo' bou' besol, nuo pan balo we' boli' Alur Bantar. Loyo
"de' nuo ow toang tene Ole Wowon/Bean. Oha' lela ton tene pura Aur adan,
nuo laka' lei keu tene bahe bua' pan se'e.
Nowin
Wali' upe ne' utan kubeng Ude'. Utan kubeng Ude' me atan se' natu tonon. Ele
pu/i lela kubeng birang lalu utan homa' hodu hiro' haro' Ole au’. Tun ma ula ma
utan nangan tawe, tawe keu oha' kapa namo utan, tapi tawe keu rupane ai. Ai me
atan sorong naya’ ne natu. 

Nowin
Wall' sape Oli hlur Bantar balo ne' molen laen me sape nuo herun lenge lewa'
Nuo pua' hoka ledo pan Oli Alur Bantar. pua' tude' pai' la' nara tun ula hu'u
ha'a. Eru ana' we’en lain be' leuwehe' kelen tele Nowin mate bahe de'ne. Eru
ana we'en Iain nore ari' tata tebe' mawu toye lalu suo piring Nowin Wali' sara
mire' lima (ling lei) ta' leteng (tubar) bahe so suo 'aha ada' ialu taneng.
Suo
taneng bahe Oha' lela ton Nowin Wali' bale. Ari we'en lain ke'er doto' Oha' Pas Nowin Wali' sape ari', tata,
eru ana' ween lain Suo tehe “kelen o mate bahe de'o". Nowin Wali' tehe be’
ne ari' tata tele kalo name me' e’i owe' bele owe eweng laleng (bele liang lalu
uli' pua' ko'o no'me bele waka'i tuán oha'.
Nowin
Wati' tanang be' ne' ari tata weten Iain tele eti pua ko
dano me pua' me beli. Kalu me beli laha hoe' haya' nape me wile ei oli' te tara
harna-harna potal boran buku dese.
TIMU
LELU HAU KAE
Timu
Lelu nore Hau Kae ari' a'e. Se' ine ame mate nope suo nau weri'. Suo iden mawa'
weri' haran, naba asin susa paya rasa. Denger uar lapa' eu' be' weta' ude, me
suo suede pan pakang hengan loba' hiro' lalu suo u' a.
Loyo
ude suo pan wati hara' se mihe mawi/mihe Wileng, suo dahang be' mihe wawi tele,
'kira-kira ke pan haba ke' ine nore ame me de'i dita' Mihe wawi holo tele me
pan ole' ole wata mader wau pare' tahi' nape wile me ine ame.
Timu
Lelu nore Hau Kae pan ole' ole wata mete wile se' ine ame. Mete se wile-wile
name oha lelaton i'a Urulolon ude' bao a dehi’ suo.
Suo
dahang i'a urulolon, 'l'a Urulolon o mui' ke' ine ame bewe Paton'
l'a Urulolon holo tele me' ine
ame Suo bewe ya.

Timu
Lelu nore Hau Kae dahu' polling be' i'a Urulolon tame' Timu Lelu nore Hau Kae
pan Owe' mase hara' se' ine ame.
Suo
sape be' ine ame se' weta' ine ame Suo doto' lalu Suo dahang', 'Kuama me sape
dand Timu Lelu nore Hua Kae holo tele me no' hari pua' senang ke beli mara
suker tuda' iden daten.
Waktu
suo bale se' ine ame sorong Suo la'u bitan ude'. Ine ame hotng tele me' la'u
nobe' oli' lamang mara di'en-di'en

Suo
Sape be' se' weta, B'u me suo bele pua' Ote la'in. Timu Lelu Hau Kae pan ledo
huang bale owan maya' suo kengo Olon, olon ta'i bahe de'. Suo u' olon a sara
paro botin ba' wowo. Suo oha' ledo pakang olon atan se'e wati'.
Atedi'en
be' weta' dehi' suo ude' dahang ude', ele Timu Lelu nore Hau Kae u' ledo pakang
hengan loba' hiro' wati. Atan bora' suo huang ebel alu-alu oha'. Bitan se'e
mete di'en.
Loyo
ude' atedi'en weta' dehi' tedeng Timu Lelu Hau Kae pan huang, suo adan be' Timu
Lelu nore Hau Kae oha weta'. Suo pilo ote lain sui i'u ude' bete, suo palu'
la'u me sara mate. Timu Lelu Hau Kae huang bale bora' Obn ta'in tokong, suo
tomo keu bete la'in la'u mate bahe de'ne
Tebe' ue' dareng mete bote se'
la’u

Timu
Lelu nore Hau Kae bate se la'u mate me mete pan ole Wata Suo mile
i'a Urulolon a' ma pohing tame Timu Lelu Hau Kae pan owe' hara se' ime ame
wati'

Suo
sampe be' ine ame se' weta' mete ue' dareng se' ia'u Ine ame tehe' tele kara
kue' wati', me' la'u mate nobe' me ote' taneng be' lili wana. l'a Urulolon tame
suo bale sape be' se’weta' taneng la'u dei Ine ame hoing

Loyo
leme eneng ma la'u seti taneng nangan me tawe keu nara ai, ai me nayane ai
bong. Ai laong me ne' ain kelung nara bala, lolon belu nara wela labur' ne' uan
belu nara kong.
Ai
laong tawen keu laha ne Timu Lelu nore Hau Kae se' bitan mete kelung-lodong
peka lenga'. Oha' susa paya iden daten rupa nulon wati'
Loyo
ude rian leu irang be ana' utun ribu ratu kole leu buel tene, Supaya det sain
bayan.
Timu
Leu nore Hau Kae ako pake we', suo gale deko labur, ako wati' nore il'a weren,
laong weren, aba nore lodan. Ako pake bahe de' suo pan dei sain bayan.
Sain
bayan bahe rian leu beng be' ana' utun ribu ratu kole' ili buel tahi' tele Timu
Leu nore Hau Kae suo dapa' nomor ude'. Ele Suo dapa' nomor ude' lalu suo bale
be' se' weta' atan' sere'se tadi' ai laong sara huba. Ai laong me huba' ne' nui
wara' pan. Ai lolon lima rai bao pan sui owe' pahe' ne iwang kari', lebatukan
atadei, Adonara dan solor, uan' rai be edang, lolon nore lima urang. Lolon nara
wela labur, lima' nara bala, uan nara kong.
Penutur
: N N
Penulis
V. S. Kiliroong
AMUN BENI
Amun
Beni laen moleng Ele laen maleng nuo pan balo we' oli au' Alur. Nuo sape
oliþlur balo ne' we' Sape moleng laen di’en.
Pua'
hoka ledo pan pua' tude' pai' da' oli alus. Uben ude' nuo yaga wawi be' ne'
lurnar, mete pui' peku/nureng Sape mato toka meso butei.
Waktu
nuo bute ulare ude me adan lobo nuo mara tubar nulo. Hoko eyang loyo bohor
ia'in Amun Beni ke'er hoko wing wang ahir oha'. Be' Ulare botin laleng nuo poho
dei ular ne' puhe. Nuo one' kelen laleng nuan meso nema ku' mei' be'ne' alen
keu lalu pate ne' puhe nema mete ria.
Amun
Beni buka be'obi dei ular ne' puhe. Ular mate bahe, nuo ku. mer tukil ular ne'
mato ulu sue.
Uben
ude' rian leu laha haya' tapi ne' padu tokong. Hoe' laleme waka' be' miteng
laleng oha'. Amun Beni adan ne' nore ne'e Glar mato sue, nuo loleng ude' owe
wara' loleng ude wati' oli timur ma nema niho e'a ahir.
Oha’
lela bian leu adan be' haya' laleng mete dahang tele Sio ne' padu api niho
naka' nowe. Atedi'en haya' wala loeng be bian leu tele Þàdu api no'me Amun Beni
ne'e.
Rian
leu wile Amun Beni lalu nuo dahu' be' Amun Beni kalu bisa kelung nore uan leu
ne' Manu' Siring " Amun Beni piur kelung rama'.
Amun
Beni one' laleng kelen leu au' yadi nuo mau bale be' au Edang. Nuo hoing manu'
Siring koko’ nema koko’ tene ude.
Manu'
koko tene bahe Amun Beni mulai hoyo' ne' witing, wawi manu', au, watar, anen
nore ape palan wai wati'. Nuo mulai bua' bale au’ edang. Tene Amun Beni sape
be' muka baya nore lohu waktu me baya nore lohu kobel rama'.
Amun
Beni mau pua' be uli ude' nayane Walangnapo Nuo tepi e'a me nau doa rama' Amun
Beni hoing Manu Siring koko, koko' tahi' mete Oli' tene bua' mete OF, talu Sape
be lebe/wateng nuo nebo' ne' tene danobe'.
Amun
Beni hoing Manu' koko wati' supaya nuo nore ne' witing, manu, wawi, au, anen
nore ape palan wai supaya Sape Ote walangnapo'.
Amun
Beni ku'we'rian nema tibul ne Hur Amun (are'rian) do' ole neda lalu kelung ne'
naya, nara wei yaitu wei Hur. Ana' ude' wati' naya ne Miteng Amun. Amun do'
bele neda kelung we' naya wei yaitu wei Miteng.
Soal-soal
latihan
1.
Prosa lama Kedang meliputi apa saja sebutkan dan
berikan contoh masing-masing dua buah!
2.
Carilah legende di kampung masing-masing
kemudian ceritakan di depan kelas dengan menggunakan bahasa Kedang?
Sebutkan
isi, tema, dan pesan dari cerita tersebut!
3.
Carilah fabel di kampung masing-masing kemudian
ceritakan di depan kelas dengan menggunakan bahasa Kedang?
Tulislah
isi, tema, dan pesan dari cerita tersebut!
4.
Ceritakan cerita "Ruha Nore Mapur" di
depan kelas dengan menggunakan bahasa Kedang.
Sebutkan
isi, tema, dan pesan dari cerita tersebut!
5.
Ceritakan cerita "Beni Ei" di depan
kelas dengan menggunakan bahasa Kedang
Tulislah
isi, tema, dan pesan dari cerita tersebut!
6.
Carilah mantra (Nukung) di masyarakat Kedang atau
di kampung masing-masing kemudian ucapkan di depan kelas (tidak perlu
menggunakan irama mantra)
Sebutkan
isi, tema, dan pesan dari mantra tersebut!
7.
Perhatikan penggalan mantra di bawah ini………
………………………………………
Noa
onga' bete bongan
Laha'
leke' bele lei
Nadan
ude' kara tadan
Nikol
ude' kara tikol
Lapan
ude' kara hepu'
Wa'
ude' kara bau'ng
Ma'e
Ote' lolon dolor
Wau
kema bare hanger
Jawablah
pertanyaan di bawah ini
a. Tulishlah
rima akhir dari penggalan mantra di atas
b. Tulislah
isi penggalan mantra dengan kata-kata anda sendiri
8. Perhatikan
pantun dibawah ini
a.
|
Hoe'
lea' leu wayan
Melu
witing ara mengi
Erung
bore' kati awen
Wela
watan nore sarani
|
Peu
uma leu wehe'
Ara
mengi melu witing
Wile
tali dahang tehe'
Ebeng
bora awe lamang
|
b.
|
Hoba
matan beni hading
Wei
rian buri utun
Kelen
utan hengan motong
Olon
luo' peri' tein
|
Wa
lupang hoba matan
Kulu
wala leu buri
Inga’
oma’ neber peyun
Olon
te'e nau weri'
|
c.
|
Kong
utun eu'-eu'
Boli'
leu peu sawa
Mura
rame leu au'
Kelen
palu kong bawa
|
Mader
piding dolu lolo'
Mader
piding pene ling
Inga'
etung kili bolo
Ina
tutu' amo panang
|
d.
|
O
kelen e'i kelen
Ina
mama' pau panang
Ka
pae me weri' dein
Kara
upe namang nedung
|
Murun
edang telu apa'
Pua
hoka kole' ili
Weri'kelen
waka pua'
Sudu
sole' elelele tetindai
|
e.
|
Tua
lahar uhur to'ong
Obi
roko' mo'ong-mo'ong
O
ita' nuo koti'
Ne'
nore seher doti'
|
Jawablah pertanyaan dibawah ini
1. Sebutkan
pantun yang termasuk pantun nasehat dan apa alasan anda ?
2. Sebutkan
rima akhir pantun a, b, c dan d
3. Tulislah
secara singkat isi pantun a, b, c dan d
4. Sebutkan
pantun yang termasuk pantun orang tua dan apa alasan anda ?
5. Coba
anda sebutkan teka teki diatas dan pesan apa yang disampaikan kepada kita

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami naikkan kehadirat-Nya
karena atas rahmat-Nya, maka tahun ini kami mempersembahkan buku “SELAYANG
PANDANG SASTRA KEDANG” ini
kepada para guru, para siswa, dan para peminat kesusastraan Kedang yang
membutuhkannya.
Mengingat bahwa sastra adalah sebuah
seni yang mengandung nilai-nilai budaya Kedang yang bersifat statis dan
estetis. Sastra Kedang merupakan warisan budaya yang perlu dihidupkan dan di
kembangkan secara terus menerus dari suatu generasi ke generasi yang lain, baik
secara lisan amupun tulisan.
Kenyataan membuktikan bahwa
akhir-akhir ini generasi muda Kedang kurang/tidak lagi berminat untuk
mengembangkan dan melestarikan sastra Kedang yang banyak mengandung nilai-nilai
budaya Kedang.
Oleh karena itu kami mempersembahkan
buku “SELAYANG
PANDANG SASTRA KEDANG” ini yang bertujuan untuk membangkitkan kembali
semangat generasi muda Kedang dalam rangka melestarikan sastra Kedang sebagai
budaya secara dinamis.
Melalui kata pengantar ini kami
menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada Y. B. Kiliroong, S.Pd dan
pihak lain yang telah membantu kami dalam menyelesaikan buku ini.
Saran dan kritik untuk perbaikan
buku ini dari mana pun datangnya akan kami sambut dengan senang hati.
Salam
Penulis
|
DAFTAR ISI
Hal
|
||
Halaman Judul………………………………………………………………………………………………………..
|
i
|
|
Kata Pengantar …………………………………………................................................................................
|
ii
|
|
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………….
|
iii
|
|
BAB I
|
Pendahuluan …………………………………………………………………………………………...
|
|
A.
Pengertian Kesusastraan………….………………………………………………………….
|
||
B.
Pandangan Umum Tentang
Sastra
Kedang………………………….…………………………………………………………
|
||
BAB II
|
Gambaran Singkat Sastra Kedang ……………………………………………………………..
|
|
A.
Prosa kedang………………………………………………………………………....................
|
||
B.
Puisi Kedang……………………………………………………………………….....................
|
||
C.
Beberapa Contoh Puisi dan Prosa (Cerita
Rakyat karya N.N. dan V.S. Kiliroong untuk dinikmati…………………………………………………………………..
a.
Puisi Lama ……………………………………………………………………………..
-
Mantra ……………………………………………………………………….........
-
Pantun ……………………………………………………………………….........
b.
Puisi Bebas………………………………………………………………………........
|
|
SELAYANG PANDANG SASTRA KEDANG
Sebagai buku Panduan
bagi Guru/Siswa, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK
di Kedang
V. S. KILIROONG
SELAYANG PANDANG SASTRA KEDANG
PENERBITAN KHUSUS
Cetakan I : 2018
Masohi
Hak Cipta Dilindungi
Oleh Undang-Undang
Dicetak pada
Percetakan Khusus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar