Kamis, 24 Oktober 2019

Selayang Pandang Kedang

BAB I
PENDAHULUAN


A.     PENGERTIAN KESUSASTRAAN
1.      J. S. Badudu (1984:5) mengemukakan defenisi sastra atau kesusastraan sebagai berikut : Diuraikan secara ilmu tata bentuk kata (morfologis) kata kesusastraan dari kata dasar susastra yang diberi imbuhan ke-an. Kata-kata dasar kesusastraan sebenarnya kata dasar kedua (secundairestam) karena dapat diuraikan atas su dan sastra, kedua duanya berasal dari bahasa Sangsakerta : su berarti baik, sastra berarti tulisan. Kata susastra sendiri dalam bahasa Indonesia tak hidup pemakaiannya kecuali dalam kata bentukan kesusastraan. Untuk pengertian susastra, dewasa ini dipakai kata sastra saja sedangkan kesusastraan mengandung pengertian jamak yaitu semua yang meliputi sastra. Kesusastraan Indonesia artinya semua hal yang meliputi sastra Indonesia.
2. Usman Efendi (dalam J.S. Badudu, 1984:5) mengemukakan defenisi sastra atau kesusastraan sebagai berikut : “kesusastraan (sastra) ialah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus”. Jadi karangan yang bersifat buku pelajaran atau bersifat laporan, tidaklah termasuk ke dalam kesusastraan karena itu tidak menimbulkan rasa bagus atau rasa indah.
3.      Drs. Abdullah Ambri (1974:7) mendefinisikan sastra atau kesusastraan sebagai berikut : Perkataan itu berasal dari bahasa sansakerta susatra. Su berarti baik atau bagus, sastra berarti buku, tulisan atau huruf. Jadi kesusastraan itu berarti himpunan buku-buku yang mempunyai bahasa yang indah serta isi yang paik pula.
4.    Dra. Nyonya B. Simorangkir Simanjuntak (dalam J. S. Badudu 1984:5) dalam buku Kesusastraannya jilid I membagi kesusastraan atas 2 bagian :
a.       Kesusastraan khusus
b.      Kesusastraan umum
Yang dimaksud dengan Kesusastraan khusus adalah apa yang dinyatakan oleh Usman Efendi dengan defenisi sastranya tadi, sedangkan Kesusastraan umum ialah semua yang dinyatakan dengan bahasa: uraian ilmu, warta, piagam, undang-undang dan sebagainya.
5.      DR. Yus Rusyana (1982:4) mengemukakan bahwa sastra itu adalah karangan rekaan hasil ciptaan seseorang sebagai ungkapan penghayatan kedalam wujud bahasa.
6.      Charles R. L. (1959:258) mengemukakan pengertian sastra berdasarkan Etimologi :
Kata sastra berasal dari kata sansakerta “Castra” yang mempunyai arti meliputi :
1.      Pengajaran, seruan, petunjuk
2.      Peraturan, teori, suatu karya ilmiah, ilmu pengetahuan. Akar kata Cas.
7.      Webster A.R.M (1957:272) mengemukakan pengertian sastra sebagai berikut :
1.      Karya tulis yang indah
2.      Penyusunan semua karya tulis dari suatu bagnsa yang disusun menurut waktu dan topiknya.
3.      Pekerjaan tulis menulis pada umumnya
4.      Barang-barang cetakan teristimewa mengenai pamplet-pamplet, virtensi, dll.
8.      Drs. V. S. Kiliroong, mendefinisikan sastra atau Kesusastraan ialah hasil ciptaan manusia yang menimbulkan rasa elok dan dapat menggugah hati pencipta, pendengar, pembaca serta pemakai hasil ciptaan tersebut.
9.      Kamus Besar Bahasa Indonesia
Susastra, Kesusastraan artinya :
1.      Seni menciptakan suatu karya tulis yang indah bahasanya (misalnya karangan-mengarang, roman dan sebagainya).
2.      Karangan yang berupa karya sastra seperti novel, puisi
3.      Pengetahuan kesenian tentang segala hal yang bertentangan dengan seni sastra.
4.      Buku-buku yang termasuk di lingkungan seni sastra
10.  Susastra dan Kesusastraan menurut Kamus W. J.S. Poerwadarminta :
1.      Kesenian menciptakan sesuatu yang indah dengan bahasa (seperti karang-mengarang roman dan sebagainya)
2.      Karangan-karangan hasil seni sastra seperti sajak, roman, syair dan sebagainya
3.      Pengetahuan mengenai segala sesuatu yang bertalian dengan seni sastra
4.      Kepustakaan buku-buku yang termasuk dalam lingkungan seni sastra
B.     PANDANGAN UMUM TENTANG SASTRA KEDANG
Sejak manusia itu dilahirkan telah memiliki seni. Seni itu berkembang seiring perkembangan manusia itu sendiri. Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Seni itu bermacam-macam antara lain seni suara, seni musik, seni tari, seni lukis, seni pahat, seni sastra dan seni budaya.
Sejak dahulu kala orang-orang Kedang telah memiliki seni tari dan seni sastra. Seni tari misalnya tari atau bahasa Kedangnya hamang seperti hamang sudu, hamang sole, hamang tetindai, hamang elelele lei moleng, dan lain-lain. Sedangkan sastra misalnya prosa dan puisi. Prosa seperti cerita-cerita kuno yang berhubungan dengan kepercayaan cerita-cerita dan dongeng binatang (fabel), dongeng-dongeng yang berisi pendidikan (didaktik) dan dongeng-dongeng pelipur lara.
Selain prosa orang-orang Kedang juga memiliki puisi yaitu puisi lama seperti mantra, pantun dan kata-kata arif. Sedangkan puisi baru dan modern kurang begitu populer di kalangan masyarakat Kedang.
Orang-orang Kedang memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Kedang. Bahasa Kedang ini digunakan oleh orang Kedang untuk berkomunikasi atau untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain.
Bahasa Kedang sangat berperan dalam mengembangkan sastra Kedang. Melalui bahasa Kedang nenek moyang orang Kedang dapat menuturkan cerita-cerita rakyat Kedang secara lisan kepada generasi penerusnya.
Begitu juga halnya dengan puisi. Bahasa Kedang selalu digunakan oleh orang-orang Kedang untuk melahirkan isi hati mereka melalui pantun dan kata-kata arif. Sedangkan mantra biasanya diucapkan oleh seorang pawang dengan menggunakan bahasa Kedang. Dengan demikian bahasa Kedang sangat berperan dalam pengembangan sastra Kedang.
Ketika ada pesta misalnya a weru, a utan dan lain-lain, biasanya dilaksanakan/diadakan tarian seperti hamang sudu’, sole', tetindai, elelele lei moleng dan dolo dolo. Pada saat itu para penari melantunkan pantun berbalas-balasan. Pantun-pantun yang dilantunkan itu isinya tentang orang muda, orang tua, kasihan, teka- teki, dagang, dan lain-lain.
Kata-kata arif pun turut memperkaya sastra Kedang (puisi). Kata-kata arif ini biasanya diucapkan oleh orang-orang tua atau yang dituakan pada saat sidang adat berlangsung, teristimewa pada saat waktu urusan adat perkawinan.
Dalam sastra Kedang, terutama puisi lama yaitu mantra dan kata-kata arif, kalimat-kalimat yang disampaikan itu sangat sulit dimengerti oleh pendengar, karna kata-kata atau kalimat-kalimat yang disampaikan itu penuh dengan perumpaman dan kiasan. Kata- kata perumpamaan dan kiasan pun digunakan pada pantun baik pantun teka-teki, pantun orang tua, pantun dagang, dan pantun kasihan.
Yang akan ditelaah oleh penulis dalam buku ini adalah puisi lama yaitu mantra dan pantun Kedang. Pantun Kedang berdasarkan isinya terdiri atas pantun muda, pantun teka-teki, dan pantun tua.




BAB II
GAMBARAN SINGKAT SASTRA KEDANG

A.     PROSA KEDANG
Orang-orang Kedang telah lama mendiami tanah Kedang (Tanah Gunung UyeLewun-Lembata-NTT). Nenek moyang orang Kedang memiliki kepercyaan kuno yang bersumber pada animisme, dinamisme dan totenisme.
Berdasarkan kepercayaan kuno di atas maka lahirlah sastra Kedang seperti prosa dan puisi, sedangkan drama tidak ada. Prosa adalah karangan bebas, artinya tidak terikat pada bait, sampiran, rima dan ritme. Prosa di bagi atas 2 yaitu prosa lama dan prosa baru
Dalam sastra Kedang hanya dikenal prosa lama, sedangkan prosa baru kurang ditemui atau hampir dipastikan tidak ada.
Prosa lama Kedang meliputi:
1.      Cerita-cerita yang hubungan dengan kepercayaan.
Kepercayaan itu mempunyai cabang-cabang antara lain:
a.       Ramal : dengan menggunakan bahasa Kedang, seorang pawang dapat meramal penyebab sakit/penyakit yang diderita oleh seseorang dengan memakai alat-alat antara lain : ayam, mahu, telur ayam, parang dan lain-lain.
b.      Tabir mimpi: seseorang pawang dapat mengartikan mimpi seseorang dengan mengucapkan mantra-mantra dan memakai alat-alat seperti ayam, mahu dan telur ayam.
c.       Mengutuk : seorang pawang dapat mengutuk seseorang dengan mengucapkan mantra-mantra dan memakai telur ayam sebagai alat.
Dalam kesusastraan Kedang disebut keba/keba depi’ Selain apa yang dikemukakan di atas nenek moyang orang Kedang juga mengenal kepercayaan lain yaitu :
a.       Lagende : Dongeng asal mula terjadinya suatu tempat, gunung, sungai, teluk, dan lain-lain. Misalnya Legende Wei Rawe, Legende Teluk Balau'ring (cerita/dongeng Amun Beni), Wei Lawan, Wei Miteng, Wei Hur, Nowin Wali, dan lain-lain. Dalam bahasa Kedang disebut Ulikoda (cerita).
b.      Mithe : Dongeng tentang dewa-dewa atau makluk kedewaan yang berhubungan dengan kepercayaan. Misalnya loyo, lia, ula, male, popo’/uno.
2.      Fabel
Fabel ialah cerita atau dongeng-dongeng tentang binatang. Dongeng-dongeng tentang binatang ini hampir terdapat di mana-mana di dunia ini.
Anak cucu Uye Lewun yang mendiami kaki gunung Uye Lewun ini pun memiliki cerita-cerita dongeng tentang binatang misalnya manu lakarome tiu laka rudang, ila wai tuan, ruha nore au', ruha nore mapur, au' nore manong, dan lain-lain.
3.      Dongeng-Dongeng Orang Jenaka/Pandir
Cerita-cerita jenaka adalah cerita-cerita yang menimbulkan rasa tawa atau yang mengandung unsur kelucuan yang tinggi. Cerita- cerita ini banyak tersebar di seluruh wilayah nusantara termasuk Kedang-Lembata. Cerita jenaka ini banyak terdapat dalam sastra Kedang. Misalnya Ruha Nore Mapur, Au' Nore Manong, Mato Kisu’ Nore Obi Roko', Beni Ei dan lain-lain.
4.      Dongeng yang berisi pendidikan atau didaktik dalam kesusastraan lama Indonesia terutama sastra lama Kedang memiliki dongeng-dongeng yang berisikan pendidikan atau dedaktik. Contoh dongeng tentang Au Nore Ruha, Mato Kisu' nore Obi Roko', Au nore Manong, Pohong Liang nore Atedien I'er Dohang.
5.      Sage yakni cerita yang mengandung unsur sejarah. misalnya cerita tentang anak-anak dari moyang Lewun yaitu Uye Lewun yang menjelma menjadi gunung Uye Lewun, Bela Lewun sebagai pengantara antara manusia dengan Tuhan, Oka Lewun menjelma menjadi setan atau makluk halus, kemudian Tana Lewun menjelma jadi tanah atau bumi yang kita pijak sekaligus sebagai makanan bagi tumbuh-tumbuhan hidup di Kedang.
Sedangkan Gaya Lewun, Daya' Lewun, Beha' Lewun, dan Eye' Lewun mereka keluar dari tanah Kedang entah ke mana. Tapi menurut cerita orang tua/cerita tradisional bahwa mereka keluar dan berlayar menuju ke suatu daerah yang namanya "Sina pu'en sawe matan" yang dimaksudkan dengan tempat tersebut adalah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Cina, Eropa, Amerika dan Afrika.
B.     PUISI KEDANG
Sebagaimana telah dikatakan penulis dalam buku "Urisele Au' Edang" bahwa puisi Kedang terbagi atas dua yaitu puisi lama dan puisi bebas. Puisi lama terdiri dari mantra dan pantun.
1.      Puisi Bebas
a.       Mantra (Nukung)
Mantra adalah kalimat-kalimat atau susunan kata-kata yang mengandung arti atau kekuatan gaib yang diucapkan pada waktu dan tempat tertentu dengan maksud untuk menimbulkan kekuatan pada orang yang mengucapkanya. Mantra Kedang terdiri atas beberapa jenis antara lain : mantra untuk menyembuhkan orang sakit, mantra untuk mengusir setan, mantra untuk berburu, mantra untuk menyingkirkan hantu, mantra untuk mengusir hama, mantra untuk membuat orang sakit, mantra untuk meminta hujan, mantra untuk menanam padi dan jagung, mantra untuk meletakkan batu pertama bagi kampung tertentu dan lain-lain.
Pawang atau pembawa mantra (dalam bahasa Kedang disebut Molan), selalu memilih kata-kata atau kalimat-kalimat tersebut selain makna juga bersifat sopan dan indah. Oleh karena mantra-mantra merupakan puisi yang bersajak dan berirama secara teratur. Mantra Kedang di anggap sebagai permulaan kesusastraan Kedang.
Puisi lama Kedang yaitu mantra dan pantun merupakan pancaran masyarakat lama Kedang. Masyarakat lama Kedang mempunyai ciri-ciri antara lain :
a.       Merupakan masyarakat hidup bersama atau masyarakat gotong royong.
b.      Merupakan masyarakat buta huruf, kalaupun ada tulisan, maka kepandaian tulis baca tersebut hanya merupakan kepandaian istimewa dan terbatas pada golongan tertentu.
c.       Statis, yaitu masyarakat yang setia dan mempertahankan sifat kekolotan (masyarakat yang konserfatif) dan tradisional.
Itulah sebabnya puisi lama Kedang yaitu mantra dan pantun mempunyai ciri-ciri antara lain :
a.       Puisi lama Kedang (mantra) pada umumnya merupakan puisi rakyat dan tak dikenal pengarangnya. Sedangkan puisi lama Kedang (pantun) juga merupakan puisi rakyat, ada pengarang yang tak dikenal, ada pula pengarang yang dikenal.
b.      Puisi lama Kedang (mantra Kedang) disampaikan dari mulut ke mulut. Menurut berita yang ditterima oleh pawang bahwa proses pemberitahuan mantra memakan waktu yang cukup panjang yakni kurang lebih lima sampai dua puluh tahun. Seorang calon pawang (Molan) akan menerima semacam ilham dari seseorang oknum yang namanya "Nimon" (Tuhan) melalui benda-benda langit seperti loyo, ula, male, lia rian, male pari, male popo' dan lain-lain.
c.       Adapun seorang calon Molan harus menyiapkan alat-alat sebagaimana diperintahkan Nimon (Tuhan) lewat pembantu-pembantunya. Alat-alat itu antara lain : lapa' (batu ceper), nuta' miteng (kain hitam), nuta’ buya (kain putih), benang miteng (benang hitam), tua' (tuak), leteng/te'ang (tempurung), manu tolor (telur ayam), manu (ayam), mei' (pisau'), apu’laka (tempat yang terbuat dari daun lontar yang digunakan untuk menyimpan alat-alat tersebut).
Selain alat-alat tersebut di atas tempat pelaksanaan menurut petunjuk yang paling baik adalah rumah adat, dibawah pohon rita (pohon pule), dibawah batu yang agak besar, dibawah pohon bambu buatan, atau ditempat-tempat lain yang menurut kebiasaan harus dilaksanakan ditempat itu. Soal waktu pelaksanaan bisa dilaksanakan pada pagi hari siang hari ataupun malam hari.
Marilah kita melihat contoh penggalan mantra yang diambil dari Buku Urisele Au’ Edang halaman 8
NIMON RIAN LIKO’ LAPANG
Nimon rian hura' bele
Karuta' paro min hereng bele
Muna lipu' koi kamu
Ana' ninun kete kai
Ewa ebong saka lamang
Ruta' mo'i paro mo'i
Dei mo'i liwu' leran
Pan kolo be' bale
Ana' ninun kete kai
Kara mati’ utu'
Kara mere' puen
Telu oyo ehe' ninun
Hapang oyo’ hapang awil
Tehe' none' witing hura'
Lepi' kala loman hau
Puli nueng de'
Muna' kapu' de'
Ehe' ur lekan name'
Leu au' ula loyo
Bute nueng te'el nere
Kara kolo ite wati’
 Kara bale toye'
Telu pating witing hura'
Dang manu' lei
………………………

Penggalan mantra Kedang di atas bila kita mengamati lewat persajakan atau rima akhirnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : baris 1,2,8,16,17,18,20 dan 22 rima akhirnya adalah (A), baris 3,10 dan 15 rima akhirnya adalah (B), baris 4,6,9,21 dan 24 rima akhirnya adalah (C), baris 5 rima akhirnya adalah (D), baris 7,11 dan 12 rima akhirnya adalah (E), 13 rima akhirnya adalah (F), baris 14 dan 23 akhirnya adalah (G), baris 19 rima khirnya (H).
Sajak atau rima adalah ulangan bunyi-bunyi yang sama. Selain mengamati sajak/rima, perlu juga kita mengulas sedikit mengenai isinya
Isi mantra di atas yaitu merupakan doa yang disampaikan oleh Molan/Pawang kepada Nimon Rian (Tuhan), supaya Nimon Rian bisa memberi makan dan minum serta memelihara selalu orang yang sedang sakit. Hal ini seperti terdapat pada baris 2 sedangkan baris 3, 4 Molan/pawang mohon kepada Nimon Rian agar memberikan kesembuhan serta kekuatan bagi yang sakit. Paris 5, 6, dan 7, Molan/Pawang memohon kepada Nimon Rian kiranya Nimon Rian senantiasa memelihara agar tetap sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan sehari-hari untuk menyambung hidupnya.
Coba ulas baris-baris selanjutnya dengan tafsiran Anda sendiri.
b.      Pantun (Urisele)
1.      Pengertian Pantun (Urisele)
Perkataan Pantun (Urisele) berarti sindiran, perumpamaan, peribahasa/ungkapan, serta ibarat.
Jadi pengertian pantun (Urisele) adalah kata atau kelompok kata yang mengandung pengertian atau melukiskan sindiran, perbandingan, perumpamaan, peribahasa/ ungkapan, serta ibarat.
Carilah pantun-pantun Kedang yang merupakan contoh dari sindiran, perbandingan, perumpamaan, peribahasa/ungkapan, dan ibarat.
2.      Syarat syarat Pantun (Urisele Kedang)
Adapun syarat-syarat Pantun (Urisele Kedang) sebagai berikut :
a.       Tiap bait terdiri atas tiga/empat baris
b.      Tiap baris terdiri atas tiga atau empat kata
c.       Tiap baris terdiri atas enam sampai delapan suku kata
d.      Sajak/rima akhir berfariasi, seperti a-b-c, a-b-b, a-a-a, a-b-a-b, a-a-b-b-, a-a-b-c, a-b-a, a-a-b, a-b-c-c, a-b-b-b, a-b-a-c, a-b-a-c-d-d, a-a-b-b-b
e.       Pantun Urisele) memiliki sampiran dan isi. Pantun Kedang biasanya terdiri atas tiga baris, empat baris, lima baris, dan enam baris. Kalau tiga baris maka baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga merupakan isi. Kalau empat baris maka baris pertama dan baris kedua merupakan sampiran sedangkan baris ketiga dan ke empat merupakan isi.
f.        Pantun (Urisele) juga tidak memiliki sampiran dan isi, baik tiga baris, empat baris, maupun enam baris, merupakan sindiran perbandingan, perumpamaan, peribahasa/ungkapan, dan ibarat.
Carilah contoh-contoh Pantun (Urisele yang sajak/rima akhirnya sesuai dengan rima akhir di atas
3.      Ciri-ciri Pantun Kedang
Adapun ciri-ciri Pantun (Urisele Kedang) sebagai berikut:
a.       Pada umumnya pantun (Urisele) selalu berpasangan kecuali pantun teka teki
b.      Pantun (Urisele) pertama selalu berhubungan dengan pantun (Urisele) kedua
c.       Satu pasang pantun (Urisele) terdiri dari enam/delapan baris
d.      Bersajak, rima campuran/berfariasi.
e.       Bila pantun (Urisele) tidak berpasangan rasanya tidak lengkap.
f.        Memiliki sampiran, kadang-kadang tidak
g.       Pada umumnya pantun penuh dengan sindiran, perumpamaan, peribahasa/ ungkapan, serta ibarat
4.      Manfaat pantun (Urisele) sebagai berikut :
a.       Sebagai alat untuk mengasah pikiran
b.      Sebagai alat untuk mendidik
c.       Sebagai alat untuk membangkitkan semangat kerja
d.      Sebagai alat untuk perkenalan
e.       Sebagai alat untuk menghidupkan karya seni
f.        Sebagai alat untuk menggali atau memajukan kebudayaan
g.       Sebagai alat untuk menghibur diri sendiri atau orang lain
h.      Sebagai alat untuk merayu diri sendiri atau orang lain (anak-anak) agar cepat tertidur
5.      Isi pantun (Urisele) bila dilihat dari segi isinya maka pantun (Urisele) dibagi menjadi :
a.       Pantun muda
Pantun muda dibagi atas dua yaitu :
1.      Pantun nasib/dagang
Contoh : Biti' puan bua'
     kolo Wei lolon laleng e'ing
   E'ing oma kua se'i
     Loleng layar bayang bale
    Wa' etung woto' niwang
    Botan ena pota' tiwa
Isi pantun dagang diatas yaitu melukiskan perasaan sedih seseorang (pria/wanita) yang sedang berada di tanah rantau. la sedih karena merasa jauh dari orang-orang yang dicintainya, baik orang tua, sahabat-sahabatnya, atau kekasihnya. Oleh karena itu bila ia sedang mengenang kembali orang itu, ia membuang ludah sebagai pembatas agar ia tetap fokus pada pekerjaannya
2.      Pantun berhubungan
Pantun berhubungan terbagi atas tiga yaitu :
Ø  Pantun perkenalan  
Contoh :
Are' weri' dolu lolo'
Tebe’ molong para’ lolo’
Tata dahang kata holo
Ebe abe tanang ai
Laleng keleng rai rai
Ea ari’ dae’wai
Pantun perkenalan di atas melukiskan perkenalan antara seorang pemuda dengan seorang pemudi yaitu pada saat pemudi itu disapa tapi ia tidak menghiraukan teguran atau sapaan pemuda itu. Dalam hati pemuda itu masih ragu-ragu dan bertanya dalam hati apakah pemudi itu mau atau tidak.
Ø Pantun berkasih-kasihan
Contoh :
Are' opang au' napo'
Kopa' numen ore bia
Laka' pan kasiang
Ebe olor uhu' lolo'
e'a mete uma hura'
Obi sorong laleng urang      
Pantun diatas menggambarkan pertemuan antara seorang pemuda dan seorang pemudi yang berlangsung semalam suntuk. Menjelang pagi hari mereka berpamitan tapi dengan berat hati.
Ø Pantun Perceraian
Contoh :
Barang leta' peta' loleng
            Puli lela lepi' re'
            Ara eter bahe de'
            Roko bungkus geru' losing
Oli lamari laleng
Akal ara bone bale
Pantun ini melukiskan penyesalan seseorang (pemuda/pemudi) yang telah lama menjalin hubungan dan kemudian putus secara tiba-tiba. Walaupun demikian mereka masih berusaha untuk menyatu kembali namun tak bisa lagi.
b.    Pantun Teka teki
Contoh :
au' tawe ero nebo'
Hune' tubar mara ebo
Ebo toi tua lahar
Sio neti tupa' pahang
Teka teki di atas bila dijawab maka jawabannya adalah mu u' imi'. Jantung pisang pada saat muncul pertama kali diumpamakan sebagai kepala. Ketika beberapa hari kemudian jantung pisang ini menunduk yang diumpamakan sebagai ekor. Setelah jantung pisang melepaskan pembungkus-pembungkus jantung lalu muncul buah-buah pisang, dan sisa jantungnya di potong. Beberapa bulan kemudian buah-buah pisang itu sudah tua yang diumpamakan sebagai orang tua dan siap dipanen.
c.       Pantun Orang Tua
Contoh :
Pantun tua ini dibagi atas tiga bagian .
1.      Pantun Adat
Contoh :
Nerung tore erung
Leu walang wa' lupang
Tubun tara upal-upal
Nore' tore bore'
Leu lea leu au'
Tawun tara mawu mawu
Pantun adat di atas melukiskan keadaan kehidupan sosial masyarakat Kedang yang penuh dengan perbedaan. Perbedaan itu seperti perbedaan agama, adat istiadat kampung / desa,       perbedaan pikiran, dan perbedaan dialek.
Perbedaan-perbedaan tersebut tidak bisa membuat orang Kedang tercerai-berai, namun semua perbedaan dapat dikumpulkan menjadi sebuah kekuatan yang dasyat demi menciptakan sebuah kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera di alam Uyelewun tercinta.
2.      Pantun agama
Contoh .
Nerung tore erung
Payong ratu dapu bean
Watan wear alu mean
Nore' tore bore'
Sika lera leu erun
Sarani roman di'en herun
Pantun agama di atas menggambarkan tentang agama Islam dan Nasrani yang hidup di tanah Kedang. Oleh pemeluk masing-masing agama memandang bahwa baik agama Islam maupun Nasrani adalah agama yang sangat baik.
3.      Pantun nasehat
Contoh :
Are' nore' tore bore'
Oha’ ate dien palan
Kara bute boyo' lala
Ebe erung tore erung
O kara heru' hetang
Pan sape boyo' weta'
Pantun di atas melukiskan bahwa seorang pemuda dan seorang pemudi saling memberi nasehat satu sama lain. Pemudi mengatakan kepada pemuda bahwa bila berjalan pulang jangan singgah/tidur di tengah jalan. Sebaliknya pemuda mengatakan kepada pemudi bahwa bila berjalan pulang muda-mudahan tiba di rumah dengan selamat. Carilah contoh pantun muda, teka teki serta pantun tua, kemudian buatlah ulasan menurut anda.
2.      Puisi Bebas
Puisi Bebas artinya puisi yang tidak terikat oleh rima/sajak, irama, tidak terikat oleh jumlah baris dalam tiap bait dan jumlah suku kata dalam tiap bait.
Bentuk puisi bebas harus sesuai dengan irama jiwa dan gerak sukma yang hendak dilukiskan. Pencipta tidak boleh terikat dan terkukung oleh ketentuan-ketentuan yang sudah tersedia lebih dulu. Yang terpenting bagi puisi bebas adalah isi dari puisi itu sendiri.
Contoh puisi bebas :
URISELE ANA' MELARA'
Tebe’ kelan lun moru’
Tebe' eteng mete kue'
Kue' dareng kare' kata'
Roing ata' dei wata
Kelen ari' nore tata
E'ing ina' nore mama'
Kelen kelen ledo lala
Botan-botan bale weta'
Ara lun ara olong
No' au' rian lolo’'
Tebe enge lele lala
Mara ko’ laleng lae loro'
Uben papun loyo lari
Kasiang sayang ko’ diri
Udang tutur kata bahe
Olong oho roho ahu
Palan piling rihu rahe
Nimon sio ema dahu'
Kelen hengan ala utan
E'ing hengan utan laleng
Botan anen manu' tolor
Lela ena ledo bale
Pua' mena banger bolong
Puisi diatas dapat dianalisis sebagai berikut :
1.      Judul: URISELE ANA' MALARA’
2.      Pengarang Victor S. Kiliroong
3.      Bentuk : puisi
4.      Jenis : puisi bebas
5.      Jumlah bait : 5 bait
6.      Jumlah larik : 23 larik/baris
7.      Jumlah kata : 92 kata
8.      Sajak /rima akhir : abcdd, dddd, efdf, ggchch, aeibe
9.      Isi : kehidupan
10.  Thema : kehidupan di tanah rantau
11.  Pesan : sebagai seorang perantau harus sabar dan tabah dalam mejalani kehidupan di tanah rantau
12.  Bentuk puisi : lihat di atas
13.  Ulasan :
Hidup sebagai seorang perantau di tanah rantau memang sangat sulit untuk mencari pekerjaan, kadang-kadang ada pekerjaan kadang-kadang tidak ada pekerjaan, bila tidak ada pekerjaan maka perantau tersebut mulai duduk mengenang kembali saat hidup bersama orang tua dan sanak saudara di kampung halaman.
Perantau sampai meneteskan air mata karena bila lapar atau dahaga mau meminta/menoleh melalui siapa. Dalam hati kecilnya ia masih berkeinginan untuk kembali ke kampung halaman, karena ia masih ingat akan makanan yang biasa di makannya seperti hengan, utan, utan laleng, dan anen manu tolor, akan tetapi waktu pulangnya belum diketahui secara pasti.
Carilah puisi bebas karya V. S. Killiroong yang lain kemudian dianalisis seperti contoh di atas
C.      Beberapa Contoh Puisi dan Prosa (Cerita Rakyat kedang) Karya Victor. S. Killiroong dan N.N di bawah ini untuk di nikmati.
1.      Puisi
a.       Puisi Lama
Ø  Mantra
TUBEN IHE' HOING IHE'
Anung e'i leu rian
Waleng e'i leu eho'
Epe ko'o nou' daten
Au' ko'o pari wayong
UyeLewun kaya' tene
Wela e'i ukar e'i
Ili e'i abong e'i
Owa leu mata' leu
Ning ko'o tein totor
Taru' ko'o wau kapal
Dite' ko'o apu' oma'
Lehe' ko'o wai' mota'
Tude' beli ipu pu'en
Hedang beli pole bau'
Anung we'ko wingwang
Laleng we'ko nunana'
Anung ko'o nau muna'
Laleng ko'o nau' urang
Tuben ihe' hoin ihe'
Tehe' ihe' lari ihe'
Tuben ude nore ai
Hoing ude’ nore wa'
Ema ui ihe' eten ihe'
Eru ihe' rape ihe'
Tuben de' hoing de'
Tehe' de' lari de'
Ui ihe' de'
Eten ihe' de'
Eru ihe' de'
Rape ihe' de'
Karya N.N
Catatan :
·         Mantra di atas judulnya diberikan oleh V. S. Kiliroong
·         Mantra di atas di ucapkan oleh V. S. Kiliroong pada saat Perpisahan Kelas 3 SMP Muda karya Balauring pada 6 Desember 1975
Ø  Pantun
1.
Sawar laleng lebe lawa
Wei wolang meru laleng

Au' reha' wuru bolo'
Balauring belu tamal

Pua' lela matara' lolo’
Bale bora' leu rama'
2.
Peu uma meluwiting
Leu mamu ate rodang

Leu walang saruang
Leu wayan ape nobe

UyoLewun uli' pua
Au' edang owa tobeng
3.
Oa elu bele ule
Manu' koko' bute hoko

elu ana' ena ole
Hoko eyeng ena kopa'

loyo kela' moleng-moleng
Ula hepa’ opang-opang
4.
Rukung kotel bote' ene
Ruha akal keho' netol

Koro era boran para'
Witing ama' kir keto'

Weto noel mai hara
(N.N)
Namang' tope' orong repo'
5.
Uben ria raken bara'
Are riba tebe' roho
Sape loyo oli bohor 
Loyo angin panan mulang
Ebe tebe' pasa' tulang
Ula heleng kolo’ kelen
6.
Wawi pade eda' nala
Banger ana ali wala
Lali balo' lei nala
(N.N)
Rukung kotel bote'ene
Koro' era boran para'
Weto' noel mai hara

7.
Tala mei' keu pai'
Nabu ko'or wetu' lebang
Hera' heur keu eban
Doro peda' belung kain
Bele lala uli' mai
Kue dareng meweng naing
8.
Wetu' lebang nabu kamar
Ebe bele toang rama’
Hoyan we' pan hamang
Uar lipa' lapa to'
Are bete pa' ton
Elu ana loyo no'
9.
Ula bohor nahing ebe
Ebe abe loyo bohor
O roho ei roho
Loyo heleng wile are'          
Are baran leu wayan
Roho bahe ae naya
10.
Are baran danung dolor
Pua' pure' pare' lolo’'
Akal dahang kata holo
Ebe tibo peu mole
Luleng wihu' sobe ote'
Dahang dae' nau dole'
11.
Are baran tanang ole'
Loeng ebe dau' kopa'
Ula hepa' opang-opang
Ebe tibo hoing ote'
Tehe’ are’ lae’ ole’
Loyo kela' moleng-moleng
12.
Tene bua' tahi aya'
Oyo' kolo kawang ne'
Bitan pua' susah paya
Ebeng we' bora' we'
Tepi tene ote nene
Angin pui' layar birang
Erung di'en namo mene
Wati' kara rahi burang
13.
Hoyan we' pan hama
Polung wul bala uring
Ari toang-toang hola
Kelen bahe rahe laleng
Tata tebe pui' nureng
Nureng eu' e'a wohor
Kelen ari' anung waleng
Tebe’ roho loyo bohor
14.
O kelen e'i kelen
Ina mama' pau panang
Ka pae me weri dein
Kara upe namang nedung
Murun edang telu apa'
Pua hoka kole' ili
Weri kelen waka' pua'
Sudu sole' elelele tetindai
15.
Mapur kari awa' lolo’
Kari' kamar eyeng laleng
Oi ari kata holo
Roho bahe rahe laleng
Ebal ba'a kole ai
Haba duhu ai puhun
Ea ari’ da'e wai
Tebe kelen eban lun
16.
Mire' puhu tada tun
Tun ula kelung lodong
Iden ina weri haran
Ore Sio ema nahing
Ta' uan lalang ula
Ula male ana' de' ne
Mawa' mama' keu muda
Mama sorong sekola bahe
17.
Hoe lea leu wayan
Melu witing ara mengi
Erung bore kati awen
Wela watan nore sarani
Peu uma leu wehe'
Ara mengi melu witing
Wile tali dahang tehe'
Ebeng bora' awe lamang
18.
Kong utun eu'-eu'
Boli' leu peu sawa
Mura rame leu au'
Kelen palu kong bawa
Mader piding dolu lolo
Mader piding pene ling
Inga' etung kili bolo
Ina tutu amo panang
19.
Hoba matan beni hading
Wei rian buri utun
Kelen utan hengan motong
Olon luo' peri' tein
Wa lupang hoba matan
Kulu wala leu buri
Inga’ oma neber peyun
Olon te'e nau' weri'
20.
Kala olen doler daler
Ole bean leu laleng
Ledo kare' ula male'
Beyeng pete' ala behi
Boyo wei' nanan rehi
Mama' dahang kara ehing
21.
Angin pui' ai lolon
Lolon tatang ole wata
Botan lei peting lota'
manu' koko' e'a naun
koko’ roe leu
Kelen dewa' howe' mawu
22.
Karu ta' kopel kusing
Kusing ayang leu wayan
Bung rani ani mama    Awe Au' (N.N)
Mama wotan radan rama’

23.
Be' weta' uli' pua'
Me' we' oyo' ruang
Nuo pane o koti              Ela (N.N)
Lae loro' seher doti

24.
Pale pedang papang rupang
Perang bale boli kupang
Tebe pikir rupa-rupa
(N.N)
Labur-labur peo-peo
Poto roli boli' meo
One laleng urang meong
25.
Ue mal hen ka           
Hen ka bahe de'       
Kara ikol akol we'                               
(N.N)
Bako oro sorong nateng
Ebe sinta are mate
Tehe' nope wati' daten

26.
Ebe tula’ ote ula
Ula heleng toi tope                             
One kata upe nope
(N.N)
Are balo' ole male
Male ta' are namang
Meko kelen hara nama
27.
Tuang besi tur          
Ayar bea' na mur                             
Wai pari wai hanga'                        
Satenga tanga nanga
(N.N)
Mayar bapa kaya
Ayar bea dei naya
Ua wei pari ebo
Libang ubu' kebol-kebol
28.
Wei botan biar wala
Leu bete wata lolo'
Are' tebe' kare' ula
Ina dahang dae' holo
Wei rawe leu wayan
Leu deni ra' utu'
Elin uma papan paren
Nulur mui lae' tutu'
29.
Wowon bean alu mean
Oyo’ kolo tahi rata'
Uben kelen loyo kelen
Kelen tubar luni lota
Tua mado beni hading
Hoba' matan leu hapu
Eyeng e'ing beu e'ing
E'ing lei peler mawu
30.
Tuang besi tur
Aya bea’na mur
Ayar a nore be
Kare’ ude nore sue
Mayar bapa kaya
Ayar dea dei naya
Naya oli' rai waran
Uben kelen loyo kelen
31.
Biar wala leu wohung
Mule wa' peu Oha'
Anung we'ko' wingwang
Laleng we'ko nunana'
Leu hoe' leu lea'
Leu wayan leu danung
Anung ko’nau muna'
Laleng ko'o nau urang
32.
Roun wala koran laba
Laba dae' aemai
Hoing ude nore wa'
Tuben ude nore' ai
Basa barang namo are
Tula tibo namo ebe
IJi ihe' eten ihe'
Eru ihe' rape ihe'
33.
Eko nape bete ne
Baba bele kong de'
Tuben de' hoing de'
Tehe' de' tari de'
Baba beyo wile de'
Nape mapa' beyo ne
Ui de’eten de'
Eru de' rapi de'
34.
Laong uman tuto' kuma
Ulu dote' ata' re'
Sobe uli' pua' de'
(N.N)
Kong eu leto leu
Kong uli' palu dang
Oyo' ena bale ma

35.
Lampu Ioleng tamal eleng
Turu ha'a bu'er deler
Kelen namo eti kelen
Padu piding bole poho
Kolo liko' tahi' woho
Roho namo eti roho
36.
Bawa eding-eding    
Boyo odel au' redung
Nedung lede' kena ledo                     
(N.N)
Kong utun eu'-eu'
Boli'leu peu sawa
Namang wawar pan hawar
           
37.
Omang domang ai laleng
Omang bawa ai werun
O' nuneng eu reun                              
Rukung kotel bote ene
Koro' era boran para'
Weto' noel mai hara
38.
Utan loran Ote roe'
Siki' hene' ona' bihar
Dihan-dihan ihan-ihan
Telar ewol oyo dewor
Tebe' hene' ona ruka'
Tupa'-tupa' upal-upal
39.
Ebe abe miteng malan         
Miwa mu'u todu lala                           
Tomo keu nau' pita'
Numen toi pandita  (N.N)
Are ude oyo ne
Nulon eti patal de'
Rukung rekung ruka' telar
Wau' toi lela-lela
40.
One bele laleng bele
Laleng beleng no'eng nelen
Bale mo'o laleng kelen
Ning bete mato bete
Mato bete tueng toka
Mati' tore pua' hoka

b.    Puisi Bebas
1. TEDU' EBO LAWANG LEI
Are'ebe tedu' ebo
Do' ole' ole deler
E'a ahir mueng meler
O kelen e’i kelen
Are' ebe lawang lei
Ote wa uli' mai
Tebe' kelen rai-rai
Ino amo dae' wai
Are' ebe tedu' ebo
Do' ole' ole lumar
Papan paren elin uma
Are' ebe lawang lei
O piur' e'i piur'
Buler bota' bele mi'ul
Are' ebe tedu' ebo
Rupa kong lihan tope'
Palan akal kowa nope
Pan tureng bole' lone
Iwi' miang mara bone
Are' ebe lawang wei
Namo bala utu' naha
Mahan dahang dae' mahan
Tehe' mahan tua lahar
Tuo tehe' se'i ahar
2. NEDUNG KEDUNG NILA' KILA'
Nila' kila' kole' ula
Ula niho nineng ebe
Ame’ sabong keu tebe'
Kelen dei are' ebe
Nedung kedung buel male
Male para' nereng are'
Nimon roho palan kare
Kelen kau' kue' dareng

Nila' kila' kole' ta'
Ta' neung anen hering
Tebe' kelen weri'-weri'
Nedung kedung buel peu
Ote peu ta' sue
Tebe' tutu' mete kue'
Nila' kila' kole' wei
Wei lolon laleng e'ing
E'ing tema ua se'i
Nedung kedung bu'el wa'
Wa etung woto' niwang      
Botan ena pota' tiwa
3. ARI TURENG TORENG LEI
E'a ahir mueng meleng
Ari' eha' tebe' kelen
Kelen dei a'ang poler
Roing tata ole deler
Ari' eha' tebe' roho
Roho dei olong oho
Pahe' angin e'a wohor
Lun keti bete' do'
Kopong tata' lela leba
Hera' heur keu eban
Tebe' roho kare' era
Olong hipur weri wana
Ari' kelen huneng ling
Dei loyo panan mulang
Ari' tureng toreng lei
Tata ledo denger being
4. OPOL BURA NIHO WILE
Laleng bele kelen kau'
One' ute ula Ote
Ula Ote opol bura

Ula opol be' mato
Opol bura rahi' laleng
Laleng bele kelen kau'
Ara bone ema ote’
Lae' uta ula ote
Ula ote niha wile
Ema laha ara bone
5. AI UAN TELAR LOLON
Tebe' kelen hulu'-hulu'
Kelen owan lelan pulung
Loyo pari narang darang
Owan maya' hide' heping
Ana' nahing olon bahe'
Nahing kolo’ nahing bale
Ero' ina' rahi burang
Mama' wati rihu rahe

Mama' wile ino holo
Ina' mete lun olong
Lun keti bete do’
Olon bahe loyo no'
Mama' dau' leu tuan
Haba naku ai uan
Ina' bunu ole lumar
Haba telar Iolon uman
Telar Iolon ai uan
Keran tara hara-hara
Tekol tua' awa' natan
Tahang sape e'a bia
6. ILI UYE LEWUN
Ili ko'o uye Lewun
Uye Lewun ili alu mean
lo' bele baki loa
Bua kelung bei hea'
Bua re'a bei ba'e
Utun ana' binen lamen

Utun ude nore sue
Reite dorong ote nene
Kara one’ pana we'ne
Erung di'en te namo' me'ne
Ine ame binen maing
Eho' meker kakang aring
Kati awen hole hama
A uda tin doha
Sarani nore wela watan
Erung bore' kati awen
Pua' hoka ledo pan
Ola a pai' tin
Paro boti ba' wowo
Botin bolor maya mapa
No' au' edang ili uye Lewun
……Ne oro’ lolo’……
7. HABA MIRE’
Tebe' kelen weri'-weri'
Hedang hara nulur ui
Ui bitan nau weri'
Dau leu haba mire'
Melu witing leu tuan

Loyo pari narang darang
Hudu humo'oha' paing
Ele sakola neti hoing
Owan maya ne' kahin
Tore sio tema nahing

Dei loyo oli bohor
Ahin palan tutu' roho
Ele iden ina' mawa' mama'
Nau utun sape keu ria
Pan sakola be' SMP Mudakarya
Pua hoka ledo pan
Nore Amo Tana Ino Mina
Rupa ke' ine ame nimun
Kelen me' budi di'en waka pua
8. BINEN LAMEN
Binen
Binen boleng are' longo'
Lipa' loru' mang elir
Muda sedo tapo balir
Pani obo' be' wayong
Koa' hude' puen hen
Puli nobol hering te'a
Lamen
Ulu' mado aman ratu
Pua' hoka ledo pan
Ke' uli' kati' wati'
Tobol ur hawel name'
Leu noning au' ne'
Pua' huna bare suku
Suku One' lelang laleng
9. IDEN MAWA
Iden ina' mawa' mama'
Iden ina' nau weri'
Mawa mama' keu muda
One' laleng kelen tuda'
Ino pan be au' apan
Upe nope ana utun
Iden ledo haba ka
Paro botin ba' wowo
Botin bolor maya' mapa'
Mama' wati dei lei
Toi tope' bowe' tuan
Upe nope ana utun
Eha' pua' weta' pehil
Roho diri daten rehi
Ero ino nore amo
Budi dien me'e we
E oha' sorong bale
E kete dahang Nimon rian
E dahu'ote hura' bele
Be' au' dien laleng
Tewu se'ling kehe lei ale
Kapung se' tubar be' oro' laleng
2.         Prosa (Cerita Rakyat Kedang)
P O P O
Ana abe ate sue ari’ a’e pua’ weta’ ude’. Suo lamang se’ wawi ronen ude’. Wawi ronen me bele pua’ be’ nedel laleng.
Sue’ de ari’ a’e pan lumar dei loyo. Loyo beu’ suo bale se’ nore wawi ne' olon luo’ (luta’ ama’). Suo bale nape se sape be’ weta’ oha’ nau tebe’ wawi be’ nedel laleng ere dareng ele owan maya’. Suo tehe’ wawi tele, “O pua senang be neciel laieng dei ioyo, tapi ciahu’ kamin bang ewar". Ke be’ owan maya’ olon ta’i nau tokong.
Hoko eyeng ari’ a’e pan lumar wati. Wawi be’ nede! laleng ke!ung me’ rupa aririan ude’ aririan me rawi’ lamang olon luo’ bahe nepe peling di’en lalu bale nara wawi wati’.
Loyo beu’ suo bale sape be’ weta, lalu tebe poho maime. Sio udu’ weta’ bora’ olon luo’ ta’in be’lipu lolo’ suo doto’ oha’. Suo ude’ dahang ude’, sio me nema iuda’a alon luo’’ ata’ no’wa uso u’ asin sape bolor mapa’.
Hoko eyeng suide ari’ a’e pan lumar wati. Loyo wehe’ peu’ suo bale be’ se’ weta’. Suo udu weta’ bora’ olon luo’ ta’in puli be’lipu lolo’ wati. Suo u’ olon ta’in pirang sape bolor lalu bute se’e
Oha’ nau bute suede tutu’ sewe, tele hoko eyeng te pade-pade pan lumar. Sape be’ lala, aya te bale pakang atedi’en/are’ansio yang rawi lamang olon luo’ mewe.
Manu’ koko’ natan, lela-lela manu’ koko’ mete roe, oha’ lela wati e’a bia. Sue'de ari’ a’e hoyan we’ ewar pan lumar.
Sape be’ tata aya’ suo bale pakang atedi’en sio yang adan rawi’ kawar be’ weta’. Suo sui are’ baran alu malan ude be’ weta’ laleng mete iuda’a. Rawi’ kamar ta’i bahe buka' pan ebe sue’de sere’ nuo oha’ bele watiya.
Ele ebe sue’de oha’ bele maka are’rian tehe’ fete’, “Kalu name me ku’ ko’ labur wawi oyoma pa’ supaya e’i kara bale yadi wawi wati’ ”. Sue’de u’ labur ma pa’, api ka labur sape lebu’ bong’. Ebe abe ate sueme a’e yang awe are’rian yadi ne’ we’rian.
Loyo ude’ sue’de ari’ a’e pan derung. Ari’ yagane yiku a’e yaga be’ tata lipen. Oha’ lela wawi ude hopan heng ole dou. A’e pane wawime nara mate. Lalu a’e toang wati, oha' IeIa ton au ude’ adan mete kebol-kebol ebo, terus tete mawi mete ne pan.
A’e keien bele laleng no'me au namurpa ko’ ari’ nu’. A’e pohing au se wawi sape bale be’ se’ weta’. Bale sape be’ weta’ we’rian dahang ne’ aterian tele," mo’ ari’ dita”. Aterian holo tele,” ko’ ari’ kelung newe’ yadi au nobe we”.
Pua’ oha’ lela a’e pan malara’. Nope we’rian nore au eha’ pua’. Au me loyo nara au, uben bale’ nara atedian. Uben Ie’eI su’ede au hama-hama. Oha’ IeIa ton a’e ne’ we’rian muho apang. Muho mete ria ke’er oha aterian bale. Sape be’ weta' hara’ sue telu ne’ we’rian bua. Bua ana ate pitu, ana’ ata'me oha’ atedi'en tapi au piling. Ana pitume Ia’in eneng, ronen ude’.
A’e nore ne’ we’rian tau’ miang imi’, maka suo laha peti ude lalu re’ ana’ au be’Ialeng.
Sue’de we’rian aterian se’ ana’ au ata’me pan bao ole wata. Suo bale se’e, are’rian tualakar ude' adan lalu nuo ku’ peti ne’ bale. Sape be’ ne weta, tualakar me buka’ peti, be’ peti laleng atedi’en ate pitu, are’rian ate ude nore ebe abe ate eneng. Au utun nangan be’ peti laleng me kelung sewe’ sara atedi’en bahe.
Are’rien tualakar me lamang ana’ ate pitu. Sorong suo asin eyeng beu’. Hebu bahing suo engar laen polur apan. Tun ma ulo ma ana’ ata’me mete ria, ria bara’ bahar kali. Se’ine lamang me oha' lela so matei.
Loyo ude’ suo ate pitu me pan ledo naba se’ ine ame sape dapa’. Suo ate pitu ata’me la’ lumarian ude. Lumar me suo miwa’ anen nore watar. Lumar wanan se’e me miwa’ mule watar amen sara puli se’ ine ame.
Oha' nau use' watar anen, ana' pitu ata'me loeng se' ime ame tele keno' Oha' lela wati' ke pan haka ke’ uli' mowo' doa lewel ne. Ine nare ame kelen kau' Rue' dareng ine ame sorong se paduude' Sara niho 'ala. Padu me sorong ana' are' yang pene.
Ine ame dahang se' ana' tele, 'Pua' hoka doa lewel, wengpie nape tuiwe', "ana' pitu suo nolo tele". Kalu ino amo mau mui ke pahe dei uben nore e'a ura'dara"
Ana' pitu tanang be' se' ine nore ame tele, “kalu mui ke e'a ura'dara me tanda nyawara, kalu mui ke ubenkeu me tanda loyomatan".


LOYO KABAN ANA'
Loyo ne' ana ate ude'. Loyo ude' nuo tebe' laha naban. Naban me nore wade’ nara lika' reha' pitu. Loyo ne' anal me ne'i kaban dei loyo, be' naban laleng,
Waktu loyo 'aka' lei ude' keu/loyo bohor moleng wade' naban ude' tope'. Loyo irang ne ana' tele. "ero' ana' wade' naban ude' tope'. "Loyo 'aka' lei sue/loyo bohor la'in wade' naban ude' tope' wati'. Loyo irang wati' be' ne ana' tele", ana'e wade' naban ude' tope' wati'. Loyo laka'lei keu yang ke telu/loyo panan wade' naban ude tope' wati'. Loyo loeng wati' be' ne' ana' tele. "Wade naban ude' be' tope' wati'. Loyo Oha' putus asa, nuo 'aka' keu wati' yang ke apa' pahe'ne panan mulang, wade' naban ude' tope' wati'. Loyo irang ana' tele". ero' ana' wade naban ude be' tope' wati'. Loyo laka' lei keu yang ke leme/loyo panan hepa' wade' naban ude tope' wati', loyo irang be' ne' ana' tele"_ Ero' ana' Wade' naban ude' tope' watt'. Wade' naban nope sue eha' nau. Pahe' loyo wehe' loyo laka' lei keu yang keeneng, wade naban yang keeneng tope', nope wade' naban ude'eha' nau. Loyo laka' lei keu terus/kepitu/loyo heleng wade' naban sisa tope' wati', ana' moru' loyo tope' oha' te'e.
Loyo ne' ana' moru' do' hala' mu'u ubu' laleng. Nuo te'el mu'u ubu laleng sape bia. Eyeng taleng nuo hoko bora' atedi'en ude' bele mu'u pu'en mete pai' mu'u. Atedi'en me naya me "Pulo Lamalean". Waktu Pulo Lamalean pai' bahe bale be' ne weta' are'rian me do' ku wetu'/hau walu. Hoko eyeng laleng Pulo Lamalean adan be' uli pai' bora' ne wetu'/hau hiro’ haro' bahe. Nuo kelen be' ne' one' laleng", Sio me nema hiro' haro' ko' metu' hau mewe. Pulo Lamalean heli' ne' hau wetu' ulang. Waktu nuo bale oha' terus sape' be' weta'. Nuo tebe' be' ru'wade' la'eng pakang. Nuo nui are'rian ate ude' buka' be' mu'u ubu' laleng lalu do' be' mu'u pu'en hiro' haro' Pulo Lamalean ne wetu' hau. Higor hagar wetu' hau bahe are'rian me keu ulang be' mu'u ubu' laleng. Oha nau sape ote mu'u lolo' Pula Lamalean mere' ne' lei terus ne bale be' Pulo Lamalean ne' weta'
Pulo Lamalean ku' are'rian me nara ne' we'rian. Sue'de puomoka ledopan lela4ela dapa' se' ana ate ude se' ana naya ne subang. Pulo Lamalean oha' nau nuan werian ne' naya. Loyo ude Pulo Lama'ean pan derung. Be' tuen aya' Pulo Lamalean tebe' mete pikir, kira-kira aka' ara bone supaya ema ui we'rian ne' naya. Nuo mawu ne' reu-reu laki hoing suo sawang ular oun bahe u' ne'wei doru be' Puto Lamalean we' Pulo Lamaiean ne we’. Pulo Lamalean se' bale be' weta We'rian be' weta' doto' oha', lalu mete kue' dareng oyeng ita. Kue' mete loeng ne' ame tele, "Amo, mo' ana' mukokuma/peni mukololon be' pua' sengsara rasa ne". Pada saat me nape Pulo Lamalean nuan ne'we'rian ne' naya. Sua se' ana' ate ude.
Puo' hoka ledo pan lela-lela mukokuma mau pan haba ne' ame. Loyo ude' nuo, wile Pulo Lamalean manema hoing pan keu ta' ulur. Pulo Lamalean pan keu ta' ulur rama', Bale sape be' weta' Pulo Lamalean bel ta’ ulur bahe wakai puli name. Mukokuma dahu' Pulo Lamalean polling haba ne' utu. Saat me mukokuma beko ure' bete tuban walu ole au'. Mukokuma hoing Pulo Lamalean pohing haba ure' nai'. Ele sibuk haba ure' Pulo Lamalean oha' parahati' mukokuma nore ne' anat. Mukokuma bote ne' ana' lalu mader haka' ta' ulur baheme ku' urevtuhu' ta' ulur ta' welen poku keu ne' mukokuma nore ana' pan see.
Pulo Lamalean tebe' kue dareng de'i eyeng dei layo. Kue' dareng keten kau' ne' we'rian nore ana' pan se'e upe nope Pulo Lamlean. Loyo ude’ nuo pan haba atedi'en yang bisa ne' nuo pan haba ne' we'rian nore ana. Ledopan name dapane uawei lalu nuo dahang, "Uaewi o bisa me' e'i pan haba ko' we'rian ana' utun?". Uawei holo, "Ei bisa e' o pan, tapi pan ko'o lela doa’ne". Pulo Lamalelan tehe tele biar lela doa' yang penting te bisa sape. Uawei WiIe Pulo Lamalean keu tebe' be' ne' obilolo, 'alu suo mulai pan. Pan Sape loyo ude' sue felu Pulo Lamalean dahang uawei, "Te laha dehi' de' pa'nau". Uawei hob. "Nau doa rama'ne". Suede pan terus, kira-kira tun ude ahin nape suo Sape. Uawei tehe' Pulo Lamalean tele, "Te Sape bahede, e'i bale ko'o, o ona haba mo' we'rian ana' tun". Tabe amo' holo Pub Lamalean.
Loyo owe do’ mete beu’ toi. Pulo Lamalean laleng mete kelen kau’ we’rian nore ana'. Pirang bahe mau te’el nuo bora atedi’en raiwaran. Pulo Lamalean oha’ tada ne’ we’rian ana’ utan wati’. Oha’ lelaton mele ude’ adan. Mete dahang Pulo Lamalean, ”o haba sio o’ Pulo Lamalean holo”. E’i haba ko’ we’rian nore ana”. Mele  tehe’ be’ Pulo Lamalean”, o bora’ kara ku” mato, atedien te’u rai-rai oyo kaw ate ude’ biti’ ling keu la’i me nuo me’. O oyo’ langsung te’el  di’me. Pulo Lamalean bora bora’ oha’ lelaton ate ude’ biti’ ling keu, nuo poti oyo' te’eI sore mawu. Tapi e’abia atedi’en rai ata’me toi’ bahe nope Pulo Lamalean mie’ eha’.
Pulo Lamalean kelen kau’ kue’ dareng, enge ote apan ole apan ated’ien tokong.  Loyo owe mete do’ beu’ toi.  Nuo nui  atedi’en rai waran  e’el tapi api olor edang ha’a, nuo oha’ bisa oyo’. Oha’ lelaton tepatule ude’ ma lalu dahang Pulo Lamalean o haba sio o’ haba ko’ we'rian nore ana' utun, tapi api beyo ha’a". Tepatule dahu’ Pulo Lamalean kalu me e’i pan laka’ lei ude’ bahe bele, o  laka’ ma  kati' name  terus  sape  te lewa’ api.  Pulo Lamalean.  piur suo pan rupa seti lutu’ mangan. Oha’ lelaton Pulo Lamalean sape oyo api apan. Nuo te’el nore ne’ we’rian. E’a doa dehi’ atedi’en rai ata’me toi bahe. Pulo Lamalean tebe’ wati’. Nuo kue’ dareng kelen kau’ ne’ we’rian ana’ utun.
Loyo mete panan hepa’, oha’ lela wati’ loyo owe heleng. Loyo heleng do’ beu’ toi, uben ledo  adan  ruang. Pulo Lamalean  tebe’ tureng  toreng  lei.  Nuo nui   atedi’en beyo  te”el  rai  waran, tapi ular ude mange nunu mete yaga, narabone Pulo Lamalean newa oyo. Oha’ lelaton rua nore lani  adan  hara’  Pulo  Lamalean. mete  dahang, “O  kue’ kua o,  Pulo  Lamalean  holo. “E’i  mau oyo bora’ ko’ we’rian tapi ular ude’ mange nunu toang oyo welo".
Rua lani tehe’ be’ Pulo Lamalean tele,” O kara tau’ mahara ko’o reu rai waran adan ele’ ular ne’ nunu nape ona oyo’. “Oha’ lelation rua lani rai waran adan ele ular ne’ nunu, Pulo Lamalean poti oyo’ hara’ ne’ we’rian, sape e’a naun atedi’en rai waran nangan toi sara  bahe wati’
Loyo oli bohor moleng Pulo Lamalean tebe’-tebe’ na’me oha’ le“laton ana’ utun adan rai-rai mete huang kaka’ nire’ be’ neda’. Pulo Lamalean kelen be’ ne one’ tele”, ana’utun ata’name ko’ ana’ nore newai ?”. mete kaka’ mine’ na'me, oha lelaten ana ude ne’ bag:in kaka’. Waktu ana’ me kaka’ te’e neda’ miri’ moru’ bahe, ana’ me ungar/kaher naya tele".
Ine ko’o mukokuma, ame  ko’o Pulo Lamalean”. Pulo Lamalean denger kaher me  nuo  beyeng oyo' depi’ ne’ ana’ mete kue’ dareng. Ana’ me  dahang  Pulo Lamalean “O no’ sionei’ Ei  no’ mo’ amenu”. Anne nore ana’ ue’ dareng kabu’ koilwe.
Loyo owe do’ mete beu’ toi, ana’ utun hiro’ haro’ pan be’ se’ weta bahe. Nope Pulo Lamalean eha’ tebe’ mete kue’ dareng ayeng eha’. E’a mete miteng Pulo Lamalean bora’ atedi’en rai-rai ata oyo apan tapi singa more harimau belo yaga. Nuo mete tebe kelen-kelen na’me, oha’ lelaton kiki, kaka ude’ adan tehe’ Pulo Lamalean.
O kara kelen kau’ being, nape ena hoing ko’ reu-reu se’ manu’, au, witing, nore wawi oyo walu’ be’ e’a palan, supaya sema a lalu o oyo’ ruang mo’ we’rian ana’ utun. Pulo Lamalean toang- toang name, oha’ lelaton kiki, kaka  se’ manu, au, ruka wawi adan weto’ be’ e’a palan lalu singa more harimau suo pan oyo runing raping ruha wawi, Pulo Lamalean poti oyo’ te'el bute nore ne’ we’rian ana’ utun. Pahe’ e’a ure’ dara Pulo Lamalean hoko ku’ ailolon nara mulung, lalu bulung ne’ we’rian nore ana’. E’a bia tope’ atedienrai waran ata’me toi’ sara bahe nope Pulo Lamalean, we’rian nore ne’ ana’. Pulo Lamalean,’ mukokumu/Peni Mukololan nore se’una Subang Pulo pua’ hoka ledopan ke’ uli’ kati’ wati’ be’ au’ Lamalean.     


BENI El
Beni Ei pan pai' eyeng-eyeng Nua keu ote tua' lolo' mete hodang tua', metene tepi ole au'. Mato te'e are' baran ude' buka bale-buka bale bele era mowo' laleng. Beni Ei do' ole tua' pu ien bahe bale be' weta' ne'e.
Hoko eyeng nuo pan pai' wati', pai' tua bahe bale do' ole pu'en, nuo nui are' baran me buka bale-buka bale be' mowo' laleng wati
Beni ei bale be' weta' mete ne kelen bele one' are' baran be' mowo' lafeng me sio.
Hoko eyeng 'loyo yang ke telu nuo pan pai' wati', keu pai' bahe bale do' nuo pari udu' be mowo' laleng tapi are' baran tokong.
Are' baran tokong tapi nuo nui aleu' au ude' nape tobe' kira-kira sent puluh. Ea' ahir be' mowo' laleng me engar laen rasa.
Bei ei ku' mei' tua' bahe me nuo kuang au nape tobe' ne pu'en nara kole bahe bale be' weta'
Loyo yang ke apa' nuo pan pai' wati, pai' bahe bale do' udu' wati', be' welo' nuo bora' au tobe' me tope' ba'a pan ne'e. Beni Ei pan dei ne' Wei', Nuo Sape be' weta' ude (weta' la'in) nape nuo tomo keu ote la'in nui ate ude' bete la'in. Nuo ku' name/tuhu' keu te'e pahe ne' uli'maren, Wei' poku do' dei la'a name' pao' Beni Ei ne we' lolo', narane ne'we' buru' balang bahe.
Ele Beni Ei ne' we' buru' balang atan oha suka' nuo wati'. Ele atan oha' suka' nuo maka nuo pan ledo-ledo dei ne' suka'. Nuo ledo-ledo name lalu dapa' ne ue taran ude'. Ue taran me nuo miwa'i. Waktu miwa' nuo tehe' tele "Ue, e'i miwa' o no' loyo pitu o boru' Ote Ula’.
Bete ula are' baran ate sue bete tebe' Ude' nayane Peni Uno, ude' wati nayane Nogo Lia.
Pas hara' pitu ana' ue yang Bent Ei miwa' me keu boru' ote ula, boru' keu tee pahe' ne be' Peni uno ne' ulimaren, Peni Uno tehe' be' Nogo Lia tele ‘Nogo soba o ma tebe' dano' kati' ko' uli' no'.
Uli' no' be' alu rasa ne. Nogo tebe kati' ne'e lalu Nogo Lia tehe' wati be' Peni Uno, Namur ne me, uli' no' me be' alu rasa ne me.
Nuo keu Ote ula dei ue yang neti miwa'. Sape ote ula hara' ne are' baran ate sue bete. Ote ula me api se' tokong, olon due a tangen oka'
Beni Ei laha Ohung manema ohung api supaya sema sara iuda'a olon luo'
Beni Ei dahang Peni Uno nore Nagolia tele mesue' me' aterian sio. Suo holo tele se' aterian naya ne Au Eko Boyang.
Beni Ei dahang wati "me nuo pan-ditane, Nogo Lia nore Peni Uno holo tele Au Eko boyang pan nahu wei ne"
Beni Ei pan yaga be' lala uli' Au Eko Boyang ne' pan bale. Pas Au Eko Boyang nahu wei bale Beni Ei nawang nara mate.
Nuo ku' au me leo' pate rei' bahe iuda'a ta'i lalu ne' bale be' weta'.
Waktu Suo asin Beni Ei hoyo' leran olon luo' na'en meling la'u ame' Peni uno nore Lia mase asin. Mete asin Nogo Lia nore Peni Uno tehe' tele na'en no' alu rasa ne.
Asin bahe nape Beni Ei loeng tele na'en no'me Au Eko Boyang ne Are' baran sue ue' dareng Rare' kata' kelen kau' se' aterian
Ele Au Eko Boyang mate maka Beni Ei awe Peni Uno nore Nogo Lia nara nei we'rian. Pua' Ote "la oha lela lalu Beni Ei dahu' Nogo Lia nore Peni Uno mase bale do' pua ole au.
Do' sape be' au' Beni Ei sorong ne' we'rian pua' be' ai lolo' toang Sape laha ada' bahe nape Nogo Lia nore Peni Uno do' pua' ole au'.
Beni Ei, Peni Uno nore Nogo Lia suo pua hoka ledo pan be' huna weta' laleng, suo or wowo tali eu' todi ebo lawang lei, tubar luni Iota', lei beler mawu, sema Tlbul dewa tawe manu, utun rai ana' waran.


NOWIN WAL"
Nowin Wali' nuo puro' rowo' bou' besol, nuo pan balo we' boli' Alur Bantar. Loyo "de' nuo ow toang tene Ole Wowon/Bean. Oha' lela ton tene pura Aur adan, nuo laka' lei keu tene bahe bua' pan se'e.
Nowin Wali' upe ne' utan kubeng Ude'. Utan kubeng Ude' me atan se' natu tonon. Ele pu/i lela kubeng birang lalu utan homa' hodu hiro' haro' Ole au’. Tun ma ula ma utan nangan tawe, tawe keu oha' kapa namo utan, tapi tawe keu rupane ai. Ai me atan sorong naya’ ne natu.           
Nowin Wall' sape Oli hlur Bantar balo ne' molen laen me sape nuo herun lenge lewa' Nuo pua' hoka ledo pan Oli Alur Bantar. pua' tude' pai' la' nara tun ula hu'u ha'a. Eru ana' we’en lain be' leuwehe' kelen tele Nowin mate bahe de'ne. Eru ana we'en Iain nore ari' tata tebe' mawu toye lalu suo piring Nowin Wali' sara mire' lima (ling lei) ta' leteng (tubar) bahe so suo 'aha ada' ialu taneng.
Suo taneng bahe Oha' lela ton Nowin Wali' bale. Ari        we'en lain ke'er doto' Oha' Pas Nowin Wali' sape ari', tata, eru ana' ween lain Suo tehe “kelen o mate bahe de'o". Nowin Wali' tehe be’ ne ari' tata tele kalo name me' e’i owe' bele owe eweng laleng (bele liang lalu uli' pua' ko'o no'me bele waka'i tuán oha'.
Nowin Wati' tanang be' ne' ari tata weten Iain tele eti pua ko dano me pua' me beli. Kalu me beli laha hoe' haya' nape me wile ei oli' te tara harna-harna potal boran buku dese.


TIMU LELU HAU KAE
Timu Lelu nore Hau Kae ari' a'e. Se' ine ame mate nope suo nau weri'. Suo iden mawa' weri' haran, naba asin susa paya rasa. Denger uar lapa' eu' be' weta' ude, me suo suede pan pakang hengan loba' hiro' lalu suo u' a.
Loyo ude suo pan wati hara' se mihe mawi/mihe Wileng, suo dahang be' mihe wawi tele, 'kira-kira ke pan haba ke' ine nore ame me de'i dita' Mihe wawi holo tele me pan ole' ole wata mader wau pare' tahi' nape wile me ine ame.
Timu Lelu nore Hau Kae pan ole' ole wata mete wile se' ine ame. Mete se wile-wile name oha lelaton i'a Urulolon ude' bao a dehi’ suo.
Suo dahang i'a urulolon, 'l'a Urulolon o mui' ke' ine ame bewe Paton' l'a Urulolon holo tele me' ine ame Suo bewe ya.
Timu Lelu nore Hau Kae dahu' polling be' i'a Urulolon tame' Timu Lelu nore Hau Kae pan Owe' mase hara' se' ine ame.
Suo sape be' ine ame se' weta' ine ame Suo doto' lalu Suo dahang', 'Kuama me sape dand Timu Lelu nore Hua Kae holo tele me no' hari pua' senang ke beli mara suker tuda' iden daten.
Waktu suo bale se' ine ame sorong Suo la'u bitan ude'. Ine ame hotng tele me' la'u nobe' oli' lamang mara di'en-di'en
Suo Sape be' se' weta, B'u me suo bele pua' Ote la'in. Timu Lelu Hau Kae pan ledo huang bale owan maya' suo kengo Olon, olon ta'i bahe de'. Suo u' olon a sara paro botin ba' wowo. Suo oha' ledo pakang olon atan se'e wati'.
Atedi'en be' weta' dehi' suo ude' dahang ude', ele Timu Lelu nore Hau Kae u' ledo pakang hengan loba' hiro' wati. Atan bora' suo huang ebel alu-alu oha'. Bitan se'e mete di'en.
Loyo ude' atedi'en weta' dehi' tedeng Timu Lelu Hau Kae pan huang, suo adan be' Timu Lelu nore Hau Kae oha weta'. Suo pilo ote lain sui i'u ude' bete, suo palu' la'u me sara mate. Timu Lelu Hau Kae huang bale bora' Obn ta'in tokong, suo tomo keu bete la'in la'u mate bahe de'ne Tebe' ue' dareng mete bote se' la’u
Timu Lelu nore Hau Kae bate se la'u mate me mete pan ole Wata Suo mile i'a Urulolon a' ma pohing tame Timu Lelu Hau Kae pan owe' hara se' ime ame wati'
Suo sampe be' ine ame se' weta' mete ue' dareng se' ia'u Ine ame tehe' tele kara kue' wati', me' la'u mate nobe' me ote' taneng be' lili wana. l'a Urulolon tame suo bale sape be' se’weta' taneng la'u dei Ine ame hoing
Loyo leme eneng ma la'u seti taneng nangan me tawe keu nara ai, ai me nayane ai bong. Ai laong me ne' ain kelung nara bala, lolon belu nara wela labur' ne' uan belu nara kong.
Ai laong tawen keu laha ne Timu Lelu nore Hau Kae se' bitan mete kelung-lodong peka lenga'. Oha' susa paya iden daten rupa nulon wati'
Loyo ude rian leu irang be ana' utun ribu ratu kole leu buel tene, Supaya det sain bayan.
Timu Leu nore Hau Kae ako pake we', suo gale deko labur, ako wati' nore il'a weren, laong weren, aba nore lodan. Ako pake bahe de' suo pan dei sain bayan.
Sain bayan bahe rian leu beng be' ana' utun ribu ratu kole' ili buel tahi' tele Timu Leu nore Hau Kae suo dapa' nomor ude'. Ele Suo dapa' nomor ude' lalu suo bale be' se' weta' atan' sere'se tadi' ai laong sara huba. Ai laong me huba' ne' nui wara' pan. Ai lolon lima rai bao pan sui owe' pahe' ne iwang kari', lebatukan atadei, Adonara dan solor, uan' rai be edang, lolon nore lima urang. Lolon nara wela labur, lima' nara bala, uan nara kong.
Penutur : N N
Penulis V. S. Kiliroong






















AMUN BENI
Amun Beni laen moleng Ele laen maleng nuo pan balo we' oli au' Alur. Nuo sape oliþlur balo ne' we' Sape moleng laen di’en.
Pua' hoka ledo pan pua' tude' pai' da' oli alus. Uben ude' nuo yaga wawi be' ne' lurnar, mete pui' peku/nureng Sape mato toka meso butei.
Waktu nuo bute ulare ude me adan lobo nuo mara tubar nulo. Hoko eyang loyo bohor ia'in Amun Beni ke'er hoko wing wang ahir oha'. Be' Ulare botin laleng nuo poho dei ular ne' puhe. Nuo one' kelen laleng nuan meso nema ku' mei' be'ne' alen keu lalu pate ne' puhe nema mete ria.
Amun Beni buka be'obi dei ular ne' puhe. Ular mate bahe, nuo ku. mer tukil ular ne' mato ulu sue.
Uben ude' rian leu laha haya' tapi ne' padu tokong. Hoe' laleme waka' be' miteng laleng oha'. Amun Beni adan ne' nore ne'e Glar mato sue, nuo loleng ude' owe wara' loleng ude wati' oli timur ma nema niho e'a ahir.
Oha’ lela bian leu adan be' haya' laleng mete dahang tele Sio ne' padu api niho naka' nowe. Atedi'en haya' wala loeng be bian leu tele Þàdu api no'me Amun Beni ne'e.
Rian leu wile Amun Beni lalu nuo dahu' be' Amun Beni kalu bisa kelung nore uan leu ne' Manu' Siring " Amun Beni piur kelung rama'.
Amun Beni one' laleng kelen leu au' yadi nuo mau bale be' au Edang. Nuo hoing manu' Siring koko’ nema koko’ tene ude.
Manu' koko tene bahe Amun Beni mulai hoyo' ne' witing, wawi manu', au, watar, anen nore ape palan wai wati'. Nuo mulai bua' bale au’ edang. Tene Amun Beni sape be' muka baya nore lohu waktu me baya nore lohu kobel rama'.
Amun Beni mau pua' be uli ude' nayane Walangnapo Nuo tepi e'a me nau doa rama' Amun Beni hoing Manu Siring koko, koko' tahi' mete Oli' tene bua' mete OF, talu Sape be lebe/wateng nuo nebo' ne' tene danobe'.
Amun Beni hoing Manu' koko wati' supaya nuo nore ne' witing, manu, wawi, au, anen nore ape palan wai supaya Sape Ote walangnapo'.
Amun Beni ku'we'rian nema tibul ne Hur Amun (are'rian) do' ole neda lalu kelung ne' naya, nara wei yaitu wei Hur. Ana' ude' wati' naya ne Miteng Amun. Amun do' bele neda kelung we' naya wei yaitu wei Miteng.




Soal-soal latihan
1.      Prosa lama Kedang meliputi apa saja sebutkan dan berikan contoh masing-masing dua buah!
2.      Carilah legende di kampung masing-masing kemudian ceritakan di depan kelas dengan menggunakan bahasa Kedang?
Sebutkan isi, tema, dan pesan dari cerita tersebut!
3.      Carilah fabel di kampung masing-masing kemudian ceritakan di depan kelas dengan menggunakan bahasa Kedang?
Tulislah isi, tema, dan pesan dari cerita tersebut!
4.      Ceritakan cerita "Ruha Nore Mapur" di depan kelas dengan menggunakan bahasa Kedang.
Sebutkan isi, tema, dan pesan dari cerita tersebut!
5.      Ceritakan cerita "Beni Ei" di depan kelas dengan menggunakan bahasa Kedang
Tulislah isi, tema, dan pesan dari cerita tersebut!
6.      Carilah mantra (Nukung) di masyarakat Kedang atau di kampung masing-masing kemudian ucapkan di depan kelas (tidak perlu menggunakan irama mantra)
Sebutkan isi, tema, dan pesan dari mantra tersebut!
7.      Perhatikan penggalan mantra di bawah ini………
………………………………………
Noa onga' bete bongan
Laha' leke' bele lei
Nadan ude' kara tadan
Nikol ude' kara tikol
Lapan ude' kara hepu'
Wa' ude' kara bau'ng
Ma'e Ote' lolon dolor
Wau kema bare hanger
Jawablah pertanyaan di bawah ini
a.       Tulishlah rima akhir dari penggalan mantra di atas
b.      Tulislah isi penggalan mantra dengan kata-kata anda sendiri






8.      Perhatikan pantun dibawah ini
a.
Hoe' lea' leu wayan
Melu witing ara mengi
Erung bore' kati awen
Wela watan nore sarani
Peu uma leu wehe'
Ara mengi melu witing
Wile tali dahang tehe'
Ebeng bora awe lamang
b.
Hoba matan beni hading
Wei rian buri utun
Kelen utan hengan motong
Olon luo' peri' tein
Wa lupang hoba matan
Kulu wala leu buri
Inga’ oma’ neber peyun
Olon te'e nau weri'
c.
Kong utun eu'-eu'
Boli' leu peu sawa
Mura rame leu au'
Kelen palu kong bawa
Mader piding dolu lolo'
Mader piding pene ling
Inga' etung kili bolo
Ina tutu' amo panang
d.
O kelen e'i kelen
Ina mama' pau panang
Ka pae me weri' dein
Kara upe namang nedung
Murun edang telu apa'
Pua hoka kole' ili
Weri'kelen waka pua'
Sudu sole' elelele tetindai
e.
Tua lahar uhur to'ong
Obi roko' mo'ong-mo'ong
O ita' nuo koti'
Ne' nore seher doti'


Jawablah pertanyaan dibawah ini
1.      Sebutkan pantun yang termasuk pantun nasehat dan apa alasan anda ?
2.      Sebutkan rima akhir pantun a, b, c dan d
3.      Tulislah secara singkat isi pantun a, b, c dan d
4.      Sebutkan pantun yang termasuk pantun orang tua dan apa alasan anda ?
5.      Coba anda sebutkan teka teki diatas dan pesan apa yang disampaikan kepada kita                     
     
                 




KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami naikkan kehadirat-Nya karena atas rahmat-Nya, maka tahun ini kami mempersembahkan buku “SELAYANG PANDANG SASTRA KEDANG”  ini kepada para guru, para siswa, dan para peminat kesusastraan Kedang yang membutuhkannya.
            Mengingat bahwa sastra adalah sebuah seni yang mengandung nilai-nilai budaya Kedang yang bersifat statis dan estetis. Sastra Kedang merupakan warisan budaya yang perlu dihidupkan dan di kembangkan secara terus menerus dari suatu generasi ke generasi yang lain, baik secara lisan amupun tulisan.
            Kenyataan membuktikan bahwa akhir-akhir ini generasi muda Kedang kurang/tidak lagi berminat untuk mengembangkan dan melestarikan sastra Kedang yang banyak mengandung nilai-nilai budaya Kedang.
            Oleh karena itu kami mempersembahkan buku “SELAYANG PANDANG SASTRA KEDANG” ini yang bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat generasi muda Kedang dalam rangka melestarikan sastra Kedang sebagai budaya secara dinamis.
            Melalui kata pengantar ini kami menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada                  Y. B. Kiliroong, S.Pd dan pihak lain yang telah membantu kami dalam menyelesaikan buku ini.
            Saran dan kritik untuk perbaikan buku ini dari mana pun datangnya akan kami sambut dengan senang hati.

                                                                                   


                                                                        Salam Penulis


i
 

DAFTAR ISI


Hal
Halaman Judul………………………………………………………………………………………………………..
i
Kata Pengantar …………………………………………................................................................................
ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………….
iii
BAB  I
Pendahuluan …………………………………………………………………………………………...


A.      Pengertian Kesusastraan………….………………………………………………………….


B.      Pandangan Umum Tentang
Sastra Kedang………………………….…………………………………………………………

BAB II
Gambaran Singkat Sastra Kedang ……………………………………………………………..


A.      Prosa kedang………………………………………………………………………....................


B.      Puisi Kedang……………………………………………………………………….....................
  1. Puisi Lama………………………………………………………………………..................
  2. Puisi Bebas ………………………………………………………………………................


C.      Beberapa Contoh Puisi dan Prosa (Cerita Rakyat karya N.N. dan V.S. Kiliroong untuk dinikmati…………………………………………………………………..
  1. Puisi ……………………………………………………………………………….................
a.       Puisi Lama ……………………………………………………………………………..
-          Mantra ……………………………………………………………………….........
-          Pantun ……………………………………………………………………….........
b.      Puisi Bebas………………………………………………………………………........
  1. Prosa (Cerita Rakyat) …………………………………………………………………..







ii
 
 






SELAYANG PANDANG SASTRA KEDANG



Sebagai buku Panduan bagi Guru/Siswa, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK di Kedang











V. S. KILIROONG













 





SELAYANG PANDANG SASTRA KEDANG


PENERBITAN KHUSUS






Cetakan I : 2018
Masohi






Hak Cipta Dilindungi
Oleh Undang-Undang




Dicetak pada
Percetakan Khusus











 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar